- Advertisement -
Beranda blog Halaman 9

Usaha Kian Menggeliat, IKM Pindang Merta Segara Dapat Bantuan Rp433 Juta dari Pemda Badung

Penyerahan bantuan sarana prasarana industri kepada Sentra IKM "Merta Segara" di Br. Pande, Desa Abiansemal, Kecamatan Abiansemal, Kamis (26/6).
Penyerahan bantuan sarana prasarana industri kepada Sentra IKM "Merta Segara" di Br. Pande, Desa Abiansemal, Kecamatan Abiansemal, Kamis (26/6).

PANTAUBALI.COM, BADUNG – Industri Kecil dan Menengah (IKM) Merta Segara yang bergerak di bidang pengolahan ikan pindang di Banjar Pande, Desa Abiansemal, Kabupaten Badung, menerima bantuan sarana dan prasarana industri senilai Rp433.768.000 dari Pemkab Badung.

Bantuan ini diserahkan oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) bersama Dekranasda Badung pada Kamis (26/6/2025), sebagai bentuk dukungan terhadap pengembangan industri lokal.

Bantuan diserahkan oleh Kadis Perinaker Badung I Putu Eka Merthawan bersama Ketua Dekranasda Badung Nyonya Rasniathi Adi Arnawa dan diterima Ketua Sentra IKM Merta Segara Ni Kadek Sumudri.

Dalam sambutannya, Ketua Dekranasda Badung, Nyonya Rasniathi Adi Arnawa menyampaikan apresiasi kepada Disperinaker Badung telah melaksanakan program bantuan kepada IKM Merta Segara.

Program ini juga merupakan bentuk komitmen pemerintah daerah Kabupaten Badung untuk terus mendukung IKM di Badung agar terus maju dan berkembang.

Menurutnya, keberadaan IKM Sentra Pengolahan Ikan Merta Segara, akan memberikan dampak positif bagi perkembangan perekonomian yang ada di Kabupaten Badung. Begitu pula dapat menciptakan lapangan pekerjaan, serta dapat menjaga kelestarian budaya dan tradisi kuliner Bali. “Proses pemindangan ini menjadi potensi besar di pasaran,” ujarnya.

Diharapkan, dengan bantuan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi, efisiensi dan kualitas produk yang dihasilkan oleh para pelaku usaha semakin meningkat.

“Juga dapat memperkuat daya saing IKM di tengah pasar yang semakin kompetitif dan mampu meningkatkan jaringan pemasaran hingga menembus pasar di luar Bali,” harap Rasniathi Adi Arnawa.

Sementara itu, Kadisperinaker Badung Putu Eka Merthawan menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk pengembangan dan pembangunan industri serta memberdayakan budaya industri atau kearifan lokal yang tumbuh melalui pengembangan industri kecil dan menengah di kabupaten badung.

Dijelaskannya, bantuan yang diserahkan berupa baskom jumbo aluminium 104 unit, cooler box 53 unit, freezer BD 1220 sebanyak 3 unit, freezer BD 600 sebanyak 10 unit dan panci besar aluminium 104 unit. Bantuan kepada 52 anggota IKM Merta Segara ini bersumber dari bantuan dari APBD Badung 2025 sebesar Rp 433.768.000.

“Pengadaan barang ini memang menjadi kebutuhan anggota sentra IKM pengolahan ikan Merta Segara. Dengan harapan dapat meningkatkan produksi dengan tetap menjaga kualitas serta dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak sehingga pertumbuhan ekonomi kerakyatan dapat terbangun dan kesejahteraan meningkat,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua IKM Merta Segara Ni Kadek Sumudri menyampaikan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Pemkab Badung. Bantuan sarana prasarana industri ini akan sangat membantu anggota kelompok dalam proses produksi pemindangan ini.

“Semoga kedepannya kami dapat mengembangkan produksi dan dapat meningkatkan pendapatan,” ucapnya. (ana)

Warisan Sambeng Agung, Spirit Leluhur dari Canggu Menggema di PKB 2025

Baris Sambeng Agung, sebuah kisah klasik desa yang selama ini nyaris tertutup debu zaman, Rabu (25/6/2025).
Baris Sambeng Agung, sebuah kisah klasik desa yang selama ini nyaris tertutup debu zaman, Rabu (25/6/2025).

PANTAU BALI.COM, DENPASAR – Panggung Kalangan Ratna Kanda di Taman Budaya Art Center dipenuhi suasana magis. Sanggar Purnama, mewakili Banjar Babakan, Desa Canggu, Kuta Utara, Badung, membawakan sebuah dramatari bertajuk Baris Sambeng Agung, sebuah kisah klasik desa yang selama ini nyaris tertutup debu zaman, Rabu (25/6/2025)..

Lebih dari sekadar pertunjukan tari, Baris Sambeng Agung menjadi ruang sakral untuk merawat kembali jejak budaya dan spiritual masyarakat Canggu.

Garapan yang memadukan dramatari, tabuh, dan topeng ini membawa penonton menyusuri sejarah masa kepemimpinan Ida Cokorda Sakti Pemecutan di Bandana Negara, kawasan barat Kerajaan Badung tempo dulu.

Dikisahkan, Desa Canggu kala itu dihantui mrana, serangan hama dan musim kering yang berkepanjangan, memicu keresahan rakyat.

Sang Bendesa pun bertolak ke Puri Pemecutan, memohon petunjuk. Melalui pewisik Sang Hyang Widhi, sang Raja menerima wangsit: penyelamat desa terletak pada pusaka suci Sambeng Agung yang disimpan di pura desa.

Atas petunjuk itu, digelarlah upacara nangkluk merana, ritual suci mengelilingi desa dengan pusaka Sambeng Agung, mengusir pagebluk sekaligus membangkitkan semangat pemuda setempat untuk mempelajari tari Baris, tari keprajuritan Bali yang penuh makna kepahlawanan. Dari ritual itulah lahir Baris Sambeng Agung, simbol pelindung desa sekaligus kekuatan spiritual masyarakat Canggu.

“Pementasan ini kami persembahkan untuk membangunkan kembali ingatan generasi muda tentang warisan leluhur mereka. Jangan sampai kisah-kisah desa yang penuh nilai spiritual ini lenyap begitu saja,” ujar Koordinator Pementasan, I Made Karjata.

Ia bersama tim tabuh, di bawah bimbingan Ketut Narmada, serta pembina naskah I Made Agus Adi Santika, meracik pertunjukan ini menjadi sajian yang utuh.

Antusiasme penonton pun mengalir deras. Tak hanya karena keindahan gerak tari dan gemuruh tabuh, tetapi karena makna filosofis yang dihadirkan kembali secara segar dan relevan di tengah masyarakat modern.

Melalui Baris Sambeng Agung, Kabupaten Badung tak sekadar tampil di Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47, tetapi juga mengukuhkan kembali identitas budaya yang selama ini hampir terlupakan. Sebuah upaya penting merawat jati diri Bali melalui pusaka, cerita, dan seni pertunjukan.  (ana)

Yayasan Gayatri Klarifikasi Temuan Komisi IV dan Bantah Dugaan Eksploitasi Anak

Ketua Yayasan Gayatri Widya Mandala, Wiwin Sri Pujiastuti.
Ketua Yayasan Gayatri Widya Mandala, Wiwin Sri Pujiastuti.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Pengelola Yayasan Gayatri Widya Mandala yang berlokasi di Desa Delod Peken, Kecamatan Tabanan, Bali meluruskan sejumlah temuan yang disampaikan oleh anggota Komisi IV DPRD Tabanan saat inspeksi mendadak (sidak) pada Rabu (26/6/2025) kemarin.

Beberapa hal yang menjadi catatan Komisi IV antara lain ketidakseimbangan jumlah pengasuh dengan jumlah anak asuh, temuan makanan kedaluwarsa di gudang, serta dugaan penahanan ijazah milik anak-anak.

Selain itu, pihak yayasan juga membantah dugaan adanya eksploitasi anak seperti yang ramai beredar di media sosial beberapa hari terakhir.

Ketua Yayasan Gayatri Widya Mandala, Wiwin Sri Pujiastuti ketika ditemui Kamis (26/6/2025) menjelaskan, total anak yang kini berada di panti yakni sekitar 23 anak asuh dan 40 day care (titipan), karena memang selama ini  yayasan memiliki dua bentuk layanan, yaitu panti asuhan untuk anak terlantar dan Taman Penitipan Anak (TPA).

Total anak asuh mencapai 23 orang yang terdiri dari 8 bayi dan 15 anak-anak. Delapan bayi ini dirawat dengan manajemen tersendiri dan dirawat secara bergiliran (shift) oleh tiga pengasuh pada siang dan malam hari. Selain itu ada tiga bayi titipan yang berada di panti.

“Untuk 15 anak asuh ditanggung penuh oleh yayasan. Mereka diasuh oleh enam orang pengasuh, termasuk saya dan suami sebagai bapak dan ibu asuh. Anak-anak tersebut kini berada di jenjang pendidikan TK hingga SMA,” ungkap Wiwin.

Terkait kegiatan memilah makanan di gudang, Wiwin menyebut kegiatan tersebut sudah menjadi agenda rutin anak-anak di panti. Memang tidak dilakukan setiap minggu atau bulan, tapi saat stok makanan menumpuk dan harus dipilah.

“Kami tidak hanya memilah yang kedaluwarsa, tapi juga yang mendekati tanggal kedaluwarsa, maksimal tiga bulan sebelumnya agar bisa segera dikonsumsi. Kalau sudah lewat masa kedaluwarsa, pasti kami buang,” tegasnya.

Ia juga membenarkan peristiwa keracunan makanan yang dialami beberapa anak beberapa waktu lalu.
Makanan itu berasal dari donatur, salah satu universitas di Bali. Enam anak dan satu pengurus mengalami gejala mual, pusing, diare, dan lemas, hingga harus dibawa ke UGD.

“Beruntung, seluruh korban cepat ditangani dan berhasil diselamatkan,” jelas Wiwin yang menjabat sebagai ketua yayasan sejak 2024 lalu.

Terkait adanya dugaan penahanan ijazah, Wiwin menjelaskan, hal tersebut terjadi karena anak yang bersangkutan sudah keluar tanpa izin atau ‘kabur’ dari yayasan. Sebagian besar ijazah yang belum diambil adalah ijazah tingkat SMP.

Sebelum tinggal di yayasan, para anak asuh biasanya menyerahkan ijazah sebagai syarat administrasi untuk keperluan pendaftaran sekolah. Hal ini dilakukan karena mayoritas anak-anak tersebut berasal dari daerah pelosok dan harus pindah domisili agar bisa mendapatkan akses pendidikan yang lebih baik.

“Anak-anak ini perlu surat rekomendasi dari yayasan sebagai bukti bahwa mereka tinggal di sini. Saat ini, ijazah SMP milik anak-anak yang kabur masih ada di yayasan, sedangkan ijazah SMA mereka telah diambil langsung setelah lulus. Jadi kami tidak pernah menahan ijazah anak-anak,” jelas Ketua Yayasan, Wiwin Sri Pujiastuti.

Ia menambahkan, pihak yayasan juga telah menghubungi orang tua untuk mengambil ijazah anak-anak tersebut, namun hingga kini belum ada tindak lanjut.

Wiwin menegaskan, ada tiga bentuk pelanggaran berat yang tidak bisa ditoleransi di lingkungan yayasan, yakni pacaran, berbohong, dan mencuri.

“Ketiga hal itu adalah batasan tegas kami. Anak-anak yang kabur biasanya merasa tidak nyaman karena aturan kami ketat, padahal aturan itu kami terapkan agar mereka terbiasa hidup disiplin,” tandasnya.

Mengenai izin operasional yayasan, Wiwin mengakui bahwa izin berakhir pada akhir Mei 2025. Pihaknya sudah mengajukan perpanjangan pada Juni 2025 ke Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah Pemerintah Kabupaten Tabanan

“Namun, prosesnya memerlukan waktu karena kepala dinas perizinan masih dijabat oleh pelaksana tugas (Plt) yang merangkap sebagai Asisten II Setda Tabanan,” jelasnya.

Kemudian, terkait isu eksploitasi anak asuh yang disuruh berjualan bakso dan menyetor uang ke yayasan, Wiwin menyatakan kabar tersebut tidak benar.

Kejadiannya berawal dari anak yang bersangkutan beberapa kali melanggar aturan, salah satunya diam-diam membawa HP ke dalam panti. Setelah ditegur berkali-kali dan tetap melanggar, anak tersebut disarankan belajar kehidupan dunia luar dan untuk belajar hidup mandiri.

“Kami lakukan itu karena kami melihat karakter anak yang senang bertemu orang dan kami minta agar ia bejalar kehidupan di luar,” sambungnya.

Anak tersebut kemudian bekerja di salah satu pedagang bakso di sekitar Jalan Gajah Mada, Tabanan, dan membantu membuat serta mengantar minuman ke pembeli.

“Itu terjadi setahun lalu, saat libur sekolah. Hari pertama ia bekerja, katanya suka dan akhirnya bekerja selama empat hari. Setiap hari dia mendapat upah Rp50 ribu,” jelas Wiwin.

Ia mengaku yayasan pun mengajarkan anak tersebut berbagi melalui donasi kepada adik-adiknya di panti.

“Namun itu bukan paksaan. Anak itu sendiri yang ingin berdonasi, dan itu hanya dua kali dilakukan,” tambahnya.

Namun, anak tersebut akhirnya dikeluarkan dari yayasan pada November 2024 karena mengulangi kesalahan yang sama. “Saat itu dia duduk di kelas 2 SMA, usia sekitar 16 tahun,” ujar Wiwin.

Atas berbagai tuduhan yang beredar, Wiwin berharap klarifikasi ini dapat meluruskan informasi miring yang beredar di masyarakat agar tidak berdampak merugikan yayasan panti.

“Sebab, saat ini masih banyak anak asuh yang membutuhkan perhatian dan dukungan kami,” pungkasnya. (ana)

Gapura Batas di Pupuan Ambruk Akibat Longsor, Rusak Akses Jalan dan Pipa PDAM

Gapura batas di Pupuan, Tabanan roboh akibat longsor, Kamis (26/6/2025).
Gapura batas di Pupuan, Tabanan roboh akibat longsor, Kamis (26/6/2025).

PANTAUBALI.COM, TABANAN — Sebuah gapura atau tugu batas yang terletak di timur Desa Pupuan, Kecamatan Pupuan, Tabanan, Bali, roboh pada Kamis (26/6/2025). Gapura itu roboh akibat tanah longsor yang terjadi menyusul hujan deras sejak Rabu (25/6/2025) kemarin.

Material longsoran gapura ini sempat menutup sebagian badan jalan utama dan mengganggu akses warga. Selain menimpa akses jalan, longsoran juga memutuskan jaringan pipa air milik PDAM Unit Pupuan.

Camat Pupuan, I Gusti Kade Dwipayana, menyampaikan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Bidang Sumber Daya Air Dinas PUPRPKP Kabupaten Tabanan untuk penanganan lanjutan.

Mengingat bobot dan ukuran puing-puing gapura yang cukup besar, dibutuhkan alat berat untuk proses evakuasi secara menyeluruh dari area irigasi dan lahan milik warga yang terdampak.

“Kami telah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk penanganan sisa material gapura yang menutup saluran irigasi dan masuk ke lahan warga,” ujar Dwipayana.

Sementara itu, Tim teknis dari PDAM saat ini tengah melakukan penyambungan kembali pipa yang terdampak untuk memulihkan suplai air bersih ke masyarakat.

Bagian lain dari struktur tugu diketahui jatuh dan menutupi saluran irigasi milik Subak. Namun beruntung, material longsoran tidak sampai merusak salah satu rumah warga yang tepat berada di samping bawah bangunan gapura berdiri.

Namun, berkat gerak cepat tim gabungan yang terdiri dari Petugas PU Provinsi, staf Kecamatan Pupuan, aparat desa, pecalang, Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Tabanan, serta partisipasi masyarakat, material longsoran dan puing-puing gapura telah berhasil dibersihkan dari badan jalan.

Dwipayana menambahkan, selain peristiwa itu, laporan kerusakan akibat hujan deras juga menyebabkan jalan Kabupaten yang berada di Banjar Kebon Jero, Desa Munduk Temu terkikis.
“Panjang jalan yang terkikis kurang lebih tujuh meter. Kami sudah laporkan dan BPBD Tabanan serta Dinas PU sudah melakukan penanganan ke lokasi,” tambahnya.

Beruntung, dalam insiden ini tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Akses jalan utama saat ini telah dibuka dan dapat dilalui kendaraan seperti biasa. “Kami imbau masyarakat tetap waspada mengingat cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi,” imbuhnya. (ana)

Gasak Perhiasan dan Uang Tunai di Denpasar, Pria Asal Karangasem Diringkus Saat Tidur di Kos

PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Seorang pria berinisial I Gede R (41), asal Kecamatan Bebandem, Karangasem, berhasil diamankan oleh Unit Reskrim Polsek Denpasar Timur (Dentim) setelah melakukan aksi pencurian di sebuah rumah di Jalan Sedap Malam, Gang Somalata No. 2, Banjar Kebon Kuri Kelod, Denpasar Timur.

Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi menjelaskan, kasus ini berawal dari laporan korban, Ni Nyoman Artini Yuningsih (49), yang melaporkan sejumlah perhiasan dan uang tuna yang disimpan di rumahnya dicuri pada pada Senin, 9 Juni 2025, pukul 15.30 WITA.

Barang-barang yang berhasil digasak pelaku antara lain uang tunai Rp20 juta, satu kotak berisi perhiasan emas dan berlian, serta dokumen penting seperti paspor. Total kerugian ditaksir mencapai Rp356,7 juta.

Tim Opsnal Polsek Dentim yang dipimpin Kanit Reskrim IPTU I Nyoman Agus Putra Ardiana, S.H., M.H., dan Panit Opsnal IPTU I Nyoman Padu, langsung bergerak cepat setelah menerima laporan. Tim melakukan olah TKP, mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan rekaman CCTV di sekitar lokasi.

“Dari hasil penyelidikan tim mengetahui keberadaan pelaku di kos sekitar Jalan Kembang Matahari I. Tim langsung mendatangi lokasi dan menemukan pelaku sedang tidur di dalam kamar kos. Ia langsung diamankan beserta barang bukti,” jelas AKP Sukadi, Rabu (25/6/2025).

Slain pelaku, pihak kepolisian juga mengamankan barang bukti yang berupa satu unit sepeda motor Yamaha Mio DK 5007 AAY, satu buah cincin, baju kaos, celana pendek, jas hujan, helm putih, dan surat bukti gadai perhiasan.

Dalam proses interogasi, pelaku mengakui perbuatannya. Ia mengaku melakukan aksi tersebut seorang diri. Untuk membongkar lemari penyimpanan, pelaku menggunakan obeng yang ditemukan di kamar korban.

“Pelaku diduga masuk ke rumah korban dengan cara melompat tembok kemudian membuka pintu rumah yang tidak terkunci. Setelah itu, ia mengambil sejumlah barang berharga dan uang tunai dari dalam lemari, lalu kabur,” terang AKP Sukadi. (ana)

Identitas Jasad Wanita yang Tersangkut di Dam Oongan Masih Misteri

Jasad wanita ditemukan tersangkut dan membusuk di Dam Oongan Denpasar, Rabu (25/6).
Jasad wanita ditemukan tersangkut dan membusuk di Dam Oongan Denpasar, Rabu (25/6).

PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Warga di sekitar Dam Oongan, Jalan Noja Saraswati, Denpasar Utara, digemparkan oleh penemuan mayat perempuan pada Rabu (25/6) siang. Sekitar pukul 14.00 WITA, sesosok jasad dalam kondisi mengenaskan ditemukan tersangkut di pintu air, di tengah tumpukan sampah.

Mayat tersebut ditemukan tanpa busana lengkap, hanya mengenakan bra, dan sudah dalam keadaan membusuk. Aroma menyengat tercium dari tubuh korban yang sebagian sudah rusak.

Kasi Humas Polresta Denpasar, AKP I Ketut Sukadi menjelaskan bahwa jasad pertama kali ditemukan oleh seorang anggota Tagana Denpasar yang kebetulan melintas di lokasi. Penemuan itu langsung dilaporkan ke polisi, dan jajaran Polsek Denpasar Utara segera turun ke lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).

Proses evakuasi melibatkan tim gabungan dari BPBD Kota Denpasar, Balawista Kota Denpasar, dan Tim SAR Polda Bali. Meskipun hujan deras mengguyur area sekitar, para petugas tetap sigap mengevakuasi jenazah dengan bantuan perahu karet dan tali pengaman. Warga yang penasaran terlihat memadati lokasi dan menyaksikan proses evakuasi dari tepi dam.

“Setelah berhasil dievakuasi, jenazah yang belum diketahui identitasnya langsung dibawa ke RSUP Prof Dr IGNG Ngoerah Denpasar untuk pemeriksaan lebih lanjut,” ujar AKP Sukadi.

Hingga kini, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap identitas korban dan penyebab kematiannya. (ra)

Arja Klasik Sirnaning Dirada Sungsang Duta Badung Bius Penonton di PKB 2025

Sanggar Citta Usadhi dari Banjar Gunung Sari, Desa Mengwitani, Badung, menampilkan drama tari Arja Klasik berjudul Sirnaning Dirada Sungsang di PKB 2025.
Sanggar Citta Usadhi dari Banjar Gunung Sari, Desa Mengwitani, Badung, menampilkan drama tari Arja Klasik berjudul Sirnaning Dirada Sungsang di PKB 2025.

PANTAU BALI.COM, DENPASAR – Panggung Kalangan Ayodya di Taman Budaya Art Centre Denpasar, Selasa (24/6/2025) malam, kembali hidup dengan pementasan seni tradisi yang memikat.

Kali ini, giliran Sanggar Citta Usadhi dari Banjar Gunung Sari, Desa Mengwitani, Badung, yang tampil membawakan drama tari Arja Klasik berjudul Sirnaning Dirada Sungsang. Pertunjukan ini merupakan bagian dari agenda resmi Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025.

Kisah yang diangkat merupakan hasil karya Prof. Dr. Desak Made Suarti Laksmi, guru besar ISI Denpasar, bersama suaminya, I Nyoman Cakra.

Cerita ini mengangkat keberanian tokoh Made Umbara, seorang pemuda yang berhasil memenangkan sayembara menaklukkan raksasa Dirada Sungsang demi menyelamatkan Rahaden Galuh, putri mahkota Kerajaan Swarnakaradwipa.

Dikisahkan, Rahaden Galuh hendak dijadikan tumbal oleh Ratu Pramiswari dari Keraton Kastila Manik Ratna kepada raksasa Dirada Sungsang. Beruntung, sang raksasa tidak segera memangsa Galuh dan justru menyisakan makanan.

Dalam kondisi terdesak, sang putri berdoa agar Tuhan mengutus penolong. Ia berikrar, bila yang datang seorang wanita, akan dianggap saudari sejiwa, dan bila seorang pria, ia siap menyerahkan diri untuk berbakti kepadanya.

Sementara itu, Made Umbara yang telah beranjak dewasa mendapatkan petunjuk dari gurunya, Ki Dukuh, untuk segera mencari pasangan hidup. Namun, tugas utamanya adalah menumpas Dirada Sungsang yang bersembunyi di Kawah Gohmaya Cambra, wilayah Gili Parang Gamping.

Pertarungan pun terjadi. Dengan memanfaatkan taring permata kalung pusaka milik Rahaden Galuh, Motiwirasadi, Made Umbara berhasil mengalahkan Dirada Sungsang.

Sebelum menghembuskan nafas terakhir, raksasa tersebut mengungkapkan bahwa dirinya adalah seorang Gandarwa yang tengah menebus kutukan di dunia fana dan berterima kasih atas pembebasannya.

Dalam perjalanan pulang, Made Umbara dihadang oleh Prabu Gilingwesi. Merasa yakin bahwa musuhnya telah tewas dengan pusaka Liwungpitana, raja itu merebut kepala Dirada Sungsang dan membawa Rahaden Galuh ke keraton sebagai bukti kemenangan.

Namun, di hadapan Prameswari, Rahaden Galuh membantah bahwa Prabu Gilingwesi adalah pembunuh Dirada Sungsang. Ia meminta diadakan perang tanding terbuka untuk membuktikan siapa yang benar.

Dalam pertarungan di Keraton Kastila Manik Ratna itu, Prabu Gilingwesi akhirnya tumbang di tangan Made Umbara, yang ternyata merupakan Rahaden Anindita Kirtana, keturunan Prabu Kenakadwipa.

Prof. Dr. Desak Made Suarti Laksmi menyebutkan, pementasan ini memuat berbagai pesan moral. “Cerita ini mengajarkan tentang pentingnya kejujuran, cinta, harga diri, dan semangat kepahlawanan. Di zaman sekarang, kejujuran menjadi hal langka.

Banyak yang mengaku benar, namun kita tak tahu mana yang benar-benar jujur. Melalui cerita ini, kami ingin mengingatkan masyarakat untuk selalu waspada,” ujarnya sebelum pertunjukan dimulai.

Ia juga menambahkan bahwa proses persiapan pertunjukan sudah dilakukan sejak awal September 2024, melibatkan sekitar 30 seniman. Menariknya, sebagian besar penari yang tampil adalah seniman muda, bahkan ada yang masih usia sekolah dasar.

“Karena banyak pemula, latihan intensif kami lakukan sejak jauh-jauh hari,” ungkap perempuan kelahiran Banjar Kawan Manggis, Karangasem, 28 Maret 1959 tersebut.

Pertunjukan malam itu membuktikan bahwa seni tradisi Bali tetap lestari, dengan semangat regenerasi yang kuat melalui keterlibatan anak-anak muda di panggung seni budaya. (jas)

Dugaan Eksploitasi Anak, Komisi IV DPRD Tabanan Cek Panti Asuhan, Ini Hasilnya

Komisi IV DPRD Tabanan saat sidak ke salah satu yayasan yang ada di Kecamatan TAbanan, Rabu (25/6/2025).
Komisi IV DPRD Tabanan saat sidak ke salah satu yayasan yang ada di Kecamatan TAbanan, Rabu (25/6/2025).

PANTAUBALI.COM, TABANAN — Anggota Komisi IV DPRD Tabanan mengunjungi salah satu yayasan panti asuhan terbesar ang ada di Kecamatan Tabanan, pada Rabu (25/6/2026).

Kunjungan ini dilakukan untuk menindaklanjuti adanya aduan terkait dugaan eksploitasi anak asuh di salah satu panti asuhan di Kabupaten Tabanan.

Ketua Komisi IV DPRD Tabanan, I Gusti Komang Wastana mengatakan, dalam pengecekan ini pihaknya masih minim mendaptkan informasi karena pemilik yayasan tidak berada di lokasi.

Namun, dalam menjalankan fungsi pengawasan, pihaknya akan menindak tegas panti-panti yang tidak memenuhi standar pelayanan.

“Kami turun untuk mengecek langsung apa yang menjadi berita viral di media sosial. Kami ingin memastikan seperti apa kondisi panti asuhan yang ada di Kabupaten Tabanan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, pengecekan dilakukan untuk memastikan standar pelayanan yang dijalankan oleh pihak yayasan.
Dari hasil pengecekan tersebut, ditemukan beberapa hal yang menjadi sorotan. Salah satunya adalah jumlah pengasuh yang tidak sebanding dengan jumlah anak asuh.

Jumlah anak asuh yang ada tercatat sebanyak 25 orang. Sedangkan bayi ada 11  dengan rincian delapan merupakan bayi asuh dan tiga lainnya titipan. Namun, pengasuh anak hanya tiga orang dan pengasuh bayi empat orang.

Selain itu, beberapa makanan di gudang yang sudah kedaluwarsa, hingga ijazah anak yang ditahan pihak panti.

Namun, temuan tersebut belum dapat langsung dikonfirmasi kepada pemilik yayasan karena yang bersangkutan sedang mengantar anak asuh berobat ke rumah sakit di wilayah Kota Denpasar.

“Karena pengurus yayasan tidak ada, kami belum bisa mendapatkan informasi pasti mengenai temuan-temuan kami tadi. Karyawan, baik pengasuh maupun bagian administrasi, juga masih baru, sehingga informasi yang kami peroleh belum lengkap,” jelas Wastana.

Ia menegaskan, hasil pengecekan ini akan dijadikan bahan pembahasan dalam rapat bersama Dinas Sosial Kabupaten Tabanan, Dinas Sosial Provinsi Bali, serta KPAI dan lembaga terkait lainnya.

Hal ini dilakukan agar 19 panti asuhan yang ada di Kabupaten Tabanan benar-benar memiliki izin yang jelas dan standar pelayanan yang sesuai aturan.

“Segera akan kami lakukan rapat koordinasi. Tujuannya agar tidak terjadi studi kasus ataupun dugaan-dugaan kembali yang bisa mencoreng nama baik Kabupaten Tabanan, padahal pemerintah saat ini sedang semangat-semangatnya membangun,” tegasnya.

Rapat koordinasi tersebut juga akan menjadi dasar untuk menentukan langkah selanjutnya, termasuk terkait perpanjangan izin operasional yayasan.

“Kalau memang nanti ditemukan pelanggaran berat, maka tentu perpanjangan izin akan kami tunda. Semua panti asuhan harus tegas, disiplin, dan tertib. Jangan sampai ada pelanggaran,” pungkasnya.

Sementara itu, pemilik yayasan ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp dan telepon tekait temuan ini, tidak merespon hingga berita ini diterbitkan.  (ana)

Presiden Prabowo Tiba di Bali, Resmikan Proyek Strategis Kesehatan dan Ekonomi

Presiden Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.
Presiden Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali.

BADUNG, PANTAUBALI.COM – Hari pertama kunjungan kerja Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, ke Pulau Dewata dimulai dengan agenda padat. Tiba di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Rabu siang (25/6), Prabowo langsung bergerak cepat meresmikan tiga proyek strategis nasional yang berfokus pada sektor kesehatan dan ekonomi.

Kedatangannya disambut langsung jajaran pimpinan daerah, mulai dari Pangdam IX/Udayana Mayjen TNI Piek Budyakto, Kapolda Bali Irjen Pol Daniel Adityajaya, hingga Ketua DPD Gerindra Bali. Protokol pengamanan tingkat tinggi pun diberlakukan, dikawal ketat oleh Komando Tugas Gabungan Terpadu Pengamanan (Kogasgabpad Pam) VVIP.

Tanpa banyak seremoni, Prabowo langsung menuju lokasi peresmian pertama di RSUP Prof. dr. IGNG Ngoerah Sanglah, Denpasar. Setelah itu, ia melanjutkan agenda ke dua titik penting lainnya yakni Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sanur dan Bali International Hospital, dua proyek yang dirancang untuk mendorong transformasi sektor ekonomi dan layanan publik di Bali.

“Ini bukan sekadar seremoni, ini awal dari langkah besar menuju pemerataan pembangunan, khususnya di kawasan timur Indonesia,” ujar salah satu pejabat daerah yang mendampingi Presiden.

Ketiga proyek tersebut digadang-gadang akan memperkuat infrastruktur layanan kesehatan Bali dan mempercepat pertumbuhan ekonomi berbasis kawasan, sejalan dengan visi besar pemerintahan baru yang mengusung pemerataan dan kemajuan.

Kapendam IX/Udayana, Kolonel Inf Candra, memastikan seluruh agenda berjalan lancar. “Sinergi antarsatuan TNI-Polri menjadi kunci. Kami siaga penuh demi memastikan seluruh kegiatan Presiden berlangsung aman dan tertib,” tegasnya.

Kunjungan ini juga menjadi momen pertama pengamanan skala besar sejak pelantikan Prabowo sebagai Presiden pada Oktober lalu, sekaligus pembuktian kesiapan aparat dalam mendukung stabilitas pemerintahan ke depan. (ra)

Warga Resah, Kera Alas Kedaton Masuk ke Pemukiman

Kera di DTW Alas Kedaton, Desa Kukuh, Marga, Tabanan.
Kera di DTW Alas Kedaton, Desa Kukuh, Marga, Tabanan.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Warga di sekitar kawasan Alas Kedaton, Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, mengeluhkan banyaknya kera liar yang masuk ke permukiman dan mengganggu.

Kera-kera tersebut bahkan dilaporkan merusak sejumlah atap rumah warga. Sayangnya, warga tidak berani mengusir kera-kera tersebut karena berprilaku galak dan menyerang ketika diusir.

Bendesa Adat Kukuh, I Gusti Ngurah Alit Wijaya, tak menampik jika kera dari kawasan Alas Kedaton sering masuk ke permukiman warga dan merusak barang-barang.

Ia menyebut, perilaku kera tersebut terjadi karena populasi kera di Alas Kedaton meningkat sedangkan pasokan makanan tidak mampu memenuhi seluruh kera yang kini populasinya diperkirakan mencapai 2.500 ekor.

“Hal ini terjadi karena populasi kera di Alas Kedaton terus meningkat. Mereka keluar dari habitat aslinya untuk mencari makan,” ujarnya, Selasa (25/6/2025).

Menurutnya, pihaknya di Desa Adat sebagai pengelola sudah berupaya menyediakan pakan bagi kera-kera tersebut, bahkan dengan anggaran mencapai puluhan juta rupiah per bulan.

Namun, lonjakan populasi menyebabkan sebagian kawanan tidak lagi tinggal di hutan, melainkan menetap di area parkir kawasan DTW Alas Kedaton, setra (kuburan) setempat, hingga pura di sekitar kawasan.

“Kami sudah mencoba berbagai upaya pengendalian. Salah satunya bekerja sama dengan tim dari Universitas Udayana untuk melakukan kastrasi pada kera jantan. Tapi biayanya sangat tinggi, mencapai Rp500 ribu per ekor,” ungkapnya.

Selain itu, pengelola juga telah melaporkan kondisi ini ke Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Kabupaten Tabanan. Namun, hingga kini belum ada tindak lanjut. Upaya pengendalian kera secara upacara niskala, juga telah dilakukan agar kera tidak keluar dari kawasan Alas Kedaton.

“Warga memang mengeluh, tapi kami sebagai pengelola terbatas dalam bertindak, karena kami juga terbatas dengan kebutuhan kami di desa,” jelasnya.

Untuk saat ini sebagai upaya pengendalian, pihaknya pun telah mengimbau warga untuk tidak memberi makan kera agar mereka kembali ke habitat aslinya. “Kalau terus diberi makan, kera-kera itu akan menetap di area permukiman warga,” tambahnya.

Ia berharap pemerintah daerah bisa turun tangan membantu mencarikan solusi, khususnya untuk mengendalikan populasi yang terus meningkat.

“Kami sangat membutuhkan bantuan pemerintah, terutama dalam penanganan populasi kera yang semakin tidak terkendali,” pungkasnya. (ana)