Tangkal Virus ASF, Kelompok Ternak Babi di Luwus Produksi Pakan Organik

Pengolahan pakan organik untuk ternak babi oleh Kelompok Tani Ternak Panca Sejati di Desa Luwus.
Pengolahan pakan organik untuk ternak babi oleh Kelompok Tani Ternak Panca Sejati di Desa Luwus.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Di tengah merebaknya Virus ASF (African Swine Fever) yang menyebabkan babi mati mendadak,  Kelompok Tani Ternak Panca Sejati di Desa Luwus, Baturiti, Tabanan, berinisiatif melakukan pencegahan.  

Sejak tahun 2020, Kelompok Tani Ternak Panca Sejati mengolah pakan organik sendiri dan terbukti menekan angka kematian babi akibat virus ASF. Ide ini sendiri dicetuskan oleh pendamping kelompok setempat, Agung Fajar.

Pakan organik fermentasi untuk ternak babi.
Pakan organik fermentasi untuk ternak babi.

Inovasi pakan organik fermentasi ini juga lahir karena tingginya harga pakan ternak sedangkan di sisi lain peternak harus terus membelinya agar ternak tetap hidup.

Baca Juga:  393 Pesilat Bali Berlaga di Kejurda Pencak Silat Kertha Wisesa VIII

 

“Dengan pakan organik fermentasi ini, peternak bisa menekan ongkos produksi Rp500-Rp800 ribu per ekor. Sangat jauh jika dibandingkan pakan toko dengan minimal pengeluaran biaya 2 – 2,4 juta. Sedangkan harga panen, berada pada kisaran 4 – 4,5 juta. Dengan masa pelihara 5 bulan,” jelas Gung Fajar.

 

Selain itu, dengan pakan organik fermentasi ini peternak juga meraih sejumlah manfaat. Di antaranya usia panen 4 – 5 bulan dengan berat kandang 120 – 140 kg. Tidak itu saja, konflik sosial akibat bau kandang bisa teratasi.

Baca Juga:  10 Warga Binaan Lapas Tabanan Dapat Remisi Natal 

 

“Manfaatnya banyak sekali, kandangnya tidak bau dan hampir tidak ada lalat. Sekarang bisa minum kopi atau makan jajan dekat kandang,” jelas Fajar.

Dia juga menuturkan sejak menggunakan pakan fermentasi kini tidak ditemukan lagi kasus ASF di desa Luwus sehingga warga bisa beternak dengan tenang dan biaya produksi yang bisa ditekan serendah mungkin. Bahkan, daging babi yang dihasilkan lebih berkualitas.

 

Baca Juga:  Bupati Tabanan Ingatkan Masyarakat Antisipasi Cuaca Ekstrem dan Kemacetan Selama Libur Nataru

Peternak bisa menggunakan bahan yang ada di lingkungan sekitar desa seperti gedebong pisang, keladi, umbi-umbian dan hijauan lain yang ketersediaannya cukup melimpah di desa.

 

Dengan komposisi 30 persen dedak padi dan dan jagung, kemudian sisanya hijau-hijaun dan ditambah sedikit tepung ikan. Bahan tersebut kemudian dicampur lalu difermentasi menggunakan formula buatan peternak setempat.

 

Campuran bahan-bahan tersebut kemudian dimasukan ke dalam wadah kedap udara. Setelah 12 jam pakan bisa langsung diberikan kepada ternak untuk dimakan. (ana)