PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Menjelang perhelatan Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII pada 21 Juni 2025 ramai menjadi perbincangan yakni seniman legendaris I Nyoman Subrata, yang dikenal sebagai Petruk diblokir alias tidak tampil dalam pementasan drama gong lawas.
Hal itu dikarenakan Petruk sebelumnya dikritik karena melontarkan kata sarkas dalam pementasannya yang dianggap kurang pantas.
Keputusan pemblokiran itu pun diambil berdasarkan arahan tim kurator PKB yang menekankan pentingnya penggunaan bahasa Bali alus dan etika sesuai dalam pertunjukan. Keputusan itu menuai pro dan kontra dari masyarakat, lantaran kata-kata sarkas sudah lumrah digunakan dalam pementasan drama gong untuk membangun suasana.
Menanggapi hal ini, Ketua DPD Gerindra Bali, Made Muliawan Arya alias De Gadjah pun angkat bicara. Menurutnya, pemblokiran Petruk terkait urusan politik masa lalu saat dirinya bertarung di Pemilihan Gubernur Bali 2024 dengan Gubernur Bali Wayan Koster.
“Pada tanggal 1 Juni kemarin, momen ketika Pekak Petruk bercerita tentang dirinya yang job-nya di-block atau tidak diizinkan tampil di Pesta Kesenian Bali oleh oknum ASN di Dinas Kebudayaan, karena mendukung saya saat Pilgub kemarin dan juga karena dalam tampilan Petruk ada kata-kata kasar,” kata De Gadjah, Kamis (5/6/2025).
Menurutnya, dalam seni tradisi seperti drama gong, kata-kata semacam itu lumrah digunakan untuk membangun suasana cerita. Ia khawatir jika semua drama gong harus memakai bahasa Bali alus tanpa pengecualian, akan mengurangi daya tarik pertunjukan.
“Kita semua tahu drama gong kan? Kata-kata seperti itu biasa. Jika drama gong semua pakai bahasa Bali sor singgih, bagaimana jadinya? Siapa yang mau nonton? Kreativitas seniman jangan dibatasi,” tegasnya.
De Gadjah pun mengingatkan agar rivalitas politik yang sudah selesai tak lagi dibawa ke ranah seni dan budaya. Ia menilai memblokir seniman karena alasan politik adalah tindakan tidak dewasa.
“Jika sampai urusan politik yang sudah selesai masih dibawa-bawa sehingga artis-artis atau seniman-seniman yang mendukung saya di pilgub kemarin job-nya di-block atau tidak diizinkan tampil di mana-mana, itu hal yang sangat tidak baik dan tidak dewasa dalam berpolitik,” lanjutnya.
De Gadjah juga menyebut telah berkomunikasi langsung dengan Gubernur Bali, Wayan Koster. “Saya sudah bicara dengan Pak Gubernur via telepon. Dan saya bicara bukan hanya untuk Pekak Petruk saja, tapi untuk semua seniman dan artis yang job-nya di-block dan tidak diizinkan tampil di Bali. Respons beliau baik, beliau tidak tahu dan tidak ada menginstruksikan seperti itu,” ungkapnya.
Pembicaraan antara gubernur Koster dan De Gadjah bukan cuma tentang seniman, tapi juga tentang beberapa program di Bali yang memang perlu dukungan dari pusat. “Dan kita memang sering diskusi dengan beliau,” imbuhnya.
Gubernur, lanjut De Gadjah, akan menginstruksikan Dinas Kebudayaan dan jajaran serta kadernya agar tidak melakukan hal semacam itu.
“Hajatan politik sudah selesai, sekarang adalah hajatan bersama membangun Bali agar Bali semakin baik. Intinya saya bicara mengenai semua artis atau seniman yang berbeda pandangan politik, janganlah dizolimi,” imbuhDe Gadjah. (ana)