Permintaan Genteng Pejaten Masih Tinggi, Produksi Terkendala Bahan Baku

Usaha pengerajin Genteng Pejaten Banjar Dinas Kebon, Desa Nyitdah.
Usaha pengerajin Genteng Pejaten Banjar Dinas Kebon, Desa Nyitdah.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Genteng Pejaten sejak dulu sudah dikenal memiliki kualitas baik di Bali. Tidak heran jika permintaan masyarakat terhadap genteng ini masih tinggi.

Sesuai namanya, genteng ini diproduksi di wilayah Desa Pejaten yang terletak di Kecamatan Kediri, Tabanan.

Namun, sentra produksi genteng pejaten ini juga banyak ditemui di Desa Nyitdah yang letaknya bersebelahan dengan Desa Pejaten.

Salah saorang pengerajin Genteng Pejaten di Banjar Dinas Kebon, Desa Nyitdah, I Made Sueca (62) mengatakan, dirinya sudah menggeluti profesi sebagai pengerajin genteng sejak tahun 1990-an.

Sekarang ini, permintaan akan Genteng Pejaten sangat tinggi. Meskipun di pasaran sudah banyak beredar berbagai jenis genteng seperti asbes, beton dan lainnya.

Baca Juga:  Pekarangan Rumah Warga di Kediri Tergerus Longsor, Tiga Kamar Kos dan Dua Motor Hanyut

“Peminatnya tetap ada terutama masyarakat yang bekerja sebagai petani,” ucapnya, Senin (22/4/2024).

Ia menyebut, permintaan tidak hanya datang dari masyarakat wilayah Tabanan saja. Melainkan ada dari wilayah Klungkung, Gianyar, Jembrana, hingga keluar bali seperti Pulau Sulawesi dan Sumatera.

“Biasanya sekali pesan bisa mencapai 3.000 genteng. Saya jual dengan harga Rp1.800 per biji,” kata pria yang akrab dipanggil Pak Santi ini.

Selain genteng, ia juga memproduksi bata press stick yang dijual dengan harga Rp1.000 pee biji. “Permintaannya juga ramai dan biasanya dikirim ke Denpasar, Buleleng, Badung, dan Gianyar,” ungkapnya.

Baca Juga:  Bupati Tabanan Ingatkan Masyarakat Antisipasi Cuaca Ekstrem dan Kemacetan Selama Libur Nataru

Namun, Sueca mengaku, para pengerajin genteng di wilayahnya terhambat ketersediaan bahan baku berupa tanah liat dan batu padas. Kedua bahan ini sulit didapat. Sehingga permintaan dari konsumen tidak bisa terpenuhi.

Biasanya, ia membeli bahan baku tanah liat di wilayah Marga dan Bantas, Tabanan dengan harga Rp700 ribu per truk.

“Sedikit yang jual bahannya tetapi permintaannya banyak. Pesannya (bahan baku) tidak bisa setiap hari. Biasanya pesan sekarang lagi lima hari baru datang karena banyak permintaan juga dari pengerajin lain,” akunya.

Baca Juga:  393 Pesilat Bali Berlaga di Kejurda Pencak Silat Kertha Wisesa VIII

Meskipun begitu, pihaknya tetap bersyukur karena Genteng Pejaten masih bisa eksis di tengah banyaknya produk serupa yang beredar di pasaran. Selain itu, permintaan di pasaran semakin banyak usai Pandemi Covid-19.

“Ekonomi masyarakat sudah semakin membaik, permintaan genteng juga ikut naik,” imbuhnya. (ana)