PANTAUBALI.COM, TABANAN – Kerajinan dari limbah batok kelapa nyatanya tidak hanya berbentuk mangkok atau hiasan rumah saja. Namun, dari kreatifitas Ni Wayan Sudiarmini, batok kepala bisa diolah menjadi bra atau pakain dalam wanita.
Bahkan produk dari perempuan asal Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan, ini sangat diminati dan sudah menembus pasar ekspor sampai ke Jepang.
Sudiarmini sekaligus owner Kau Bali ini mengatakan, awal mula membuat bra dari batok kelapa ini muncul dari ide kreatifnya sendiri pada tahun 2020 silam. Saat itu produk batok kelapanya seperti alat makan sudah disuplai ke perusahaan Jerman, Prancis dan Jepang.
“Awalnya karena ide sendiri melihat bentuk batok kepala yang bulat dan ternyata ide saya itu diminati oleh tamu Jepang yang datang,” ungkapnya.
Ia menyebut, pada awalnya produksi, ia mendapat permintaan mencapai 500 set perbulan. Namun, sekarang sudah mencapai 1.000 set setiap bulan. Adapun produk bra batok kepala miliknya sangat diminati di Negara Jepang.
“Selain digunakan saat berenang, bra ini juga dipakai saat musim panas atau hawaian contest,” ungkapnya.
Selain bra, produk kerajinan dari batok kelapa lainnya milik Sudiarmini yang sudah menembus pasar ekspor yakni mangkok, serobong lilin dan home decor. Untuk lokasi produksinya sendiri berada di Banjar Pengasahan, Desa Lalanglinggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan.
“Untuk pesanan ekspor kami terima sejak awal tahun 2020. Saat itu ada permintaan 2000 set alat makan ke perusahaan Jerman yang ada di Bali. Dari sana terus berkembang sampai ke Prancis dan Jepang,” jelasnya.
Ditanya soal ide membuat kerajinan dari batok kelapa, Sudiarmini mengaku, bermula saat melakukan pendampingan di Desa Selemadeg Barat pada tahun 2017. Yang mana saat itu, banyak terdapat limbah batok kelapa yang dibuang begitu saja.
Kemudian tahun 2019 ia mulai serius mengolah batok kelapa menjadi kerajinan seperti tas, alat makan, home decor hingga pernak-pernik gantungan kunci dan anting. Sampai sekarang sudah memiliki puluhan jenis produk berbahan dasar batok kelapa.
Selain itu, untuk desain dan pembuatan produknya ia pelajari secara otodidak melalui sosial media dan beberapa kali mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh dinas dan kementrian.
“Awalnya itu mulai dari yang kecil seperti gantungan kunci itupun suplainya cuma ke Sukawati, Gianyar dan toko oleh – oleh. Kemudian, mengikuti Tanah Lot Festival 2019 mulai lah ada wisatawan yang berminat dan akhirnya produk saya bisa tembus ke pasar ekspor,” paparnya. (ana)