PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Bagi penikmat serial drama klasik era 80-an pasti tidak asing dengan Ni Putu Putri Suastini atau Ny. Putri Koster, seniman serba bisa tersebut dikenal masyarakat Bali melalui drama klasik yang disiarkan oleh TVRI Bali selama hampir satu dekade pada tahun 80an.
Sementara perjalanan panjang Putri Koster di dunia seni sudah dimulai sejak usia sangat dini. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi Narasumber dalam NGOBRAS ‘Ngobrol Bareng Artis’ di Radio Gema Merdeka, Rabu(5/7). “ Tahun 70 umur 4 tahun ibu dilatih ada guru tari ibu, Anak Agung Suciati. Nah nike ibu dilatih dari kecil menari, jadi basicnya ibu tari Bali,” ungkap Bunda Putri.
Lalu setelah itu ia mulai mendalami seni pertunjukan dengan tergabung dalam teater mini saat dirinya masih di jenjang SMP. Akhirnya dari pentas ke pentas. Awal namanya itu teater mini karena pemainnya anak-anak dan mengangkat cerita tentang anak-anak, masih berkolaborasi dengan teater kukuruyuk Pak Taro. Nah disitulah Putri Suastini Koster mengenal dunia seni peran. Hingga akhirnya saat SMA di SMAN 1 Denpasar, ia pun semakin aktif dalam dunia seni peran. Tidak hanya melalui teater mini namun juga tergabung dalam teater angin yang lebih banyak menceritakan kisah drama remaja. “Sejak TVRI ada di Bali Tahun 1978, Ibu sudah mengisi disana dengan teater mininya, teater anginnya. Kalau teater angin ibu tampil dengan drama remaja dan teater mini dengan drama klasik,” jelasnya.
Sementara memasuki dunia tarik suara menurutnya bukan sesuatu yang disengaja. Walaupun saat ini telah melahirkan belasan lagu, ia menyampaikan bahwa hal tersebut hanya menyalurkan gairah seninya saja. “Lagu-lagu ibu tidak khusus. Ketika anak-anak sudah bisa diajak ke Bali, ibu ajak liburan ke Bali. Dua minggu misalnya lalu janjian dengan teman-teman lalu muncullah tembang tuntang, sinetron cupak gerantang,” ungkapnya. Awalnya lagu-lagu yang lahir pun hanya untuk mengisi sinetron tersebut namun akhirnya berlanjut hingga menjadi video klip.
Tidak berhenti disitu, ia pun aktif dalam seni sastra dengan aktif sebagai pembaca puisi. Awalnya menurutnya hanya iseng bermain ke taman Ismail Marzuki lalu berlatih vokal bersama seniman-seniman senior disana hingga mendalami seni puisi. Bahkan saking menjiwainya tidak jarang penonton menjadi merinding hingga kesurupan mendengar Putri Koster membacakan puisi dengan lantang dan penuh penghayatan. “Bagi ibu itu kebanggaan saja,” tuturnya.
Kecintaannya terhadap seni tradisional hingga seni modern menjadikannya sangat peduli terhadap kelangsungan seni di Bali. Bahkan saat ini walaupun tengah sibuk di dunia birokrasi sebagai Ketua PKK dan Dekranasda Provinsi Bali serta jabatan lainnya, ia masih sangat menaruh perhatian terhadap dunia seni di Bali. Hal ini pula yang membuatnya memperjuangkan dilaksanakannya Festival Seni Bali Jani sebagai wadah bagi pelaku seni modern dan kontemporer agar mendapat tempat untuk berkarya.
“Belakangan ini hingga 45 tahun Pesta Kesenian Bali, ibu melihat timpang perhatian pemerintah nike terhadap seni modern karena PKB akhirnya mengerucut pada pelestarian seni tradisi. Oke Ga apa-apa. Lalu ibu bilang berikan perhatian yang sama untuk seniman-seniman di ranah modern,” jelasnya. Lalu ia menyampaikannide tersebut kepada Bapak Gubernur Bali hingga akhirnya Provinsi Bali memiliki dua ajang berkesenian untuk masyarakatnya yaitu Pesta Kesenian Bali (PKB) sebagai wadah melestarikan seni tradisi dengan segala modifikasi dan kreatifitas seni tradisionalnya dan Festival Seni Bali Jani (FSBJ) yang memberikan ruang kepada seniman-seniman modern untuk berkarya namun masih tetap bercirikan budaya Bali.