PANTAUBALI.COM, TABANAN – Di balik dinding tinggi dan pintu besi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Tabanan, senyum para Warga Binaan kembali merekah.
Bukan karena memperoleh kebebasan, melainkan karena rasa sakit yang selama ini mereka pendam akhirnya mendapat perhatian.
Sebanyak 16 orang Warga Binaan menjalani pemeriksaan gigi dalam kegiatan layanan kesehatan yang digelar Lapas Tabanan bekerja sama dengan Puskesmas Tabanan III, Selasa (29/7/2025).
Para Warga Binaan yang mengeluhkan nyeri gigi, gusi bengkak, hingga gangguan mulut lainnya, diperiksa langsung oleh tim medis dari Puskesmas Tabanan III.
Luh Putu Tresnadewi, selaku dokter Lapas sekaligus penanggung jawab klinik, menekankan pentingnya layanan ini mengingat masih banyak Warga Binaan yang menunda pengobatan gigi karena keterbatasan akses.
“Dengan pemeriksaan langsung ini, keluhan-keluhan yang selama ini dirasakan oleh Warga Binaan bisa segera ditangani. Kesehatan gigi sangat berdampak pada kualitas hidup sehingga tidak boleh dianggap sepele,” ungkapnya.
Tak hanya soal kesehatan fisik, layanan seperti ini juga menjadi bentuk perhatian pada kesejahteraan psikis para narapidana. Banyak dari mereka yang merasa dihargai karena mendapat pelayanan kesehatan yang layak, meski tengah menjalani masa pidana.
Terpisah, Kepala Lapas Kelas IIB Tabanan, Prawira Hadiwidjojo, mengapresiasi sinergi yang terjalin antara Lapas Tabanan dan Puskesmas Tabanan III. Ia menyatakan, kegiatan ini merupakan salah satu upaya berkelanjutan Lapas dalam memberikan pelayanan terbaik bagi Warga Binaan.
“Kegiatan ini merupakan wujud nyata bahwa Lapas Tabanan siap melayani dan membina mereka secara utuh. Selain itu, kami juga berkomitmen memberikan pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan,” ujarnya.
Pemeriksaan ini juga diharapkan menjadi langkah awal untuk membangun kesadaran para Warga Binaan akan pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan gigi.
Dengan kondisi tubuh yang sehat, mereka dapat mengikuti berbagai kegiatan pembinaan dengan lebih baik dan tanpa hambatan.
Lebih dari sekadar pengobatan, kegiatan ini memberi pesan kuat bahwa hak atas kesehatan tetap berlaku, bahkan di balik jeruji besi. (ana)