DENPASAR – Pantaubali.com – Masalah sampah masih menjadi masalah pelik di tengah masyarakat sampai saat ini. Melihat kondisi tersebut, tentu diperlukan solusi agar mampu menekan jumlah sampah, akan tetapi harus tetap mampu memberi nilai tambah bagi masyarakat itu sendiri apalagi ditengah Pandemi saat ini.
Guna mengujudkan hal tersebut tentu dibutuhkan sebuah sistem pengelolaan yang tepat.Seperti sistem Pilah, Cacah dan Olah. Sistem tersebut diperkebalkan oleh Dr Ir I GN Nitya Santhiarsa,MT,Ketua pelaksana Udayana Mengabdi, dengan beraanggotakan 3 orang lainnya, Dr I GA Alit Suryawati,SSos,MSi, Ir NM Dwidiani MASc, dan Prof Dr TG Tirta Nindhia,ST, MT.
“Sistem ini saya yakin baru, meskipun sebagian masyarakat sering mendengar kata-kata tersebut.Akan tetapi, dalam suatu sistem saya rasa ini baru”,Dr Ir I GN Nitya Santhiarsa,MT, Selasa,(1/9) di Denpasar.
Dalam hal ini masyarakat sebagai pemilik sampah, memiliki tangung jawab memilah sendiri.Selanjutnya proses cacah.Sehinga,akan lebih mudah diolah dan bisa dijadikan mulai dari pupuk,fertiliser dan bahan bakar padat yaitu, briket,bahan bakar cair dan biogas.
“Jadi bisa diakatakan sampah kedepan bukan masalah lagi, akan tetapi bisa menjadi berkah, tentu itu tergantung dari paradigma kita”, ujarnya.
Jadi sistem yang diperkenalkan dalam hal ini,bukan masalah teknologi alatnya.Jadi, sistem tersebut bisa disebut dengan ekonomi sirkular atau ekonomi yang siklus.
“Jadi, tidak ada suatu barangpun dalam ekonomi sirkular terbuang atau tidak terpakai.Jadi,semua berguna atau bermanfaat dari siklus yang dilakukan”, jelasnya.
Semua proses mengikuti siklus alami seperti siklus alam, atau tidak ada bahan yang berbahaya dari sistem yang dikembangkan tersebut.Sembari Dirinya menambahkan,untuk pengebangan di Bali secara masif sangat memungkinkan bisa dilakukan.
Tentu dengan tujuan utama, mampu menekan jumlah volume sampah itu sendiri.Akan tetapi, hal paling penting mampu memberdayakan masyarakat di TPS di hulu dan meringakan beban pemerintah juga, karena pembuangan sampah ke TPA mampu berkurang dari sebelumnya.
“Harapan kami setidaknya setiap Banjar di desa adat yang memiliki Bumda setidaknya dapat mengikuti sistem seperti ini.Yang mana, sistem ini sangat layak dan sangat mudah diterapkan ditengah masyarakat”, harapnya.