Pantaubali.com-Tabanan- Bupati Tabanan pencetus Tarian Kolosal Rejang Sandat Ratu Segara, Ni Putu Eka Wiryastuti,akhirnya angkat bicara mengenai kesurupan Penari.Dari Keterangan Humas Pemkab Tabanan yang Kami Dapat, Dirinya mengapresiasi semangat para penari dan sarankan “melukat” bagi para penari yang masih mengalami kesurupan setelah pentas di pelataran Pura Tanah Lot, Sabtu (18/8) kemarin.
Mengenai hal itu, Bupati yang akrab disapa Eka tersebut saat dijumpai tim Humas Tabanan, Senin (20/8) malam, mengatakan bahwa adanya gesekan unsur positif dan negatif. Karena Tarian Rejang Sandat Ratu Segara bersifat persembahan kehadapan penguasa segara, memang harus sakral dan berfungsi sebagai pembersih unsur negatif. Sehingga setelah menarikan Tari Kolosal itu, unsur negatif terganggu atas kehadiran unsur positif dan harus dimurnikan melalui penglukatan (pembersihan diri).
“Tarian ini memang dirancang agar sakral dan berfungsi membersihkan unsur negatif yang ada di dalam diri. Bisa saja ada unsur negatif, dan memang pada dasarnya mereka (yang kesurupan) ada kelainan (bebayian) ataukah ada unsur lainnya. Sehingga setelah menari, masuk unsur positif, dan menyebabkan unsur negatif itu terganggu dan terjadi gesekan antara unsur positif dengan unsur negatif”, jelasnya.
Dirinya pun menegaskan bahwa energi negatif bawaan dari dalam diri tersebut memang sulit dilepaskan. Sehingga harus melakukan Penglukatan (pembersihan) di Pura Luhur Tanah Lot). Niscaya dengan melukat bisa menghindarkan diri dari unsur-unsur energi negatif.
“Itu (energi negatif) seperti magnet yang enggak bisa dilepas atau sulit dilepas, makanya kita harus melukat (setelah melakukan tarian). Karena Tari ini adalah pengeruakan atau pembersihan. Jikalau memang dia sakit karena unsur bawaan ya Astungkara dibersihkan”, tambah Eka.
Bupati perempuan pertama di bali itu-pun menambahkan, dikatakannya atau mungkin juga mereka memang ada bawaan unsur niskala, seperti kepingit, ataukah memang harus ngiring dan lainnya yang berhubungan dengan unsur niskala. Sehingga dengan tidak langsung melalui Tari Rejang Sandat Ratu Segara ini para penari dibersihkan dari unsur-unsur negatif”, ucapnya.
Bahkan sejauh hari sebelum dipilihnya penari, para penari dengan sukarela dan tidak ada unsur pakasaan berpastisipasi dalam menarikan Tari Rejang Sandat Ratu Segara. Dan sudah dijelaskan pula ini adalah Tarian sakral dan bersifat pembersihan unsur-unsur negatif dan juga merupakan persembahan tulus ikhlas kepada penguasa segara (laut). Sehingga, kesurupan dan lain-lain tidak terbantahkan dan pasti terjadi.
“Mereka menari dengan sukarela, jadi ada keinginan, tidak ada unsur paksaan. Dan orang tuanya pun sadar. Sampai ada orang-tuanya bilang akan ajak anaknya mepamit Ke Tanah Lot dan tidak ada masalah”, tegas Bupati Eka.
Dan kedepan apabila masih ada penari yang masih sering kesurupan, Bupati Eka menyatakan siap membantu, sesuai dengan prosesi yang harus dijalankan. Sudah tentu adanya persembahan ini tiada lain untuk tujuan yang baik, dan sudah tentu dari awal penggarapan hingga sebelum dipentaskan dan akan dipentaskan, Bupati Eka selalu memohon kerahayuan, melakukan persembahyangan di Pura Luhur Tanah Lot, baik pribadi maupun bersama Penari.
“Dengan adanya kesurupan ini, memang diyakini Tarian itu memang benar-benar sakral. Mengingat Tarian ini nggak main-main, kededepan, kita harus sterilkan dahulu penari sebelum menarikan Rejang Sandat Ratu Segara untuk meminimalisir hal buruk yang akan terjadi”, tutup Eka.