Keberadaan Kokar Bali Merupakan Bagian Penting Dalam Perjalanan Sejarah Berkesenian di Pulau Dewata

DENPASAR – Pantaubali.com – Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati (Cok Ace) menghadiri acara reuni agung yang digelar Ikatan Siswa Tamatan Kokar (Istakari) Bali di Aula ITB-STIKOM Bali, Selasa (22/12). Kegiatan ini dilaksanakan serangkaian memperingati 60 tahun berdirinya Konservatori Karawitan Indonesia (Kokar) Bali, yang sempat berganti menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) Bali, dan kini menjadi SMKN 3 Sukawati. Mengingat masih dalam situasi pandemi Covid-19, reuni agung dilaksanakan secara hybrid, memadukan online dan offline. Acara offline yang berlangsung di aula ITB-STIKOM Bali dihadiri undangan terbatas dan disiarkan melalui live streaming.

Wagub Cok Ace dalam sambutannya menyampaikan, apresiasi atas dedikasi yang ditunjukkan tamatan Kokar Bali yang tersebar hingga ke manca negara. Guru Besar ISI Denpasar ini berpendapat, keberadaan Kokar Bali merupakan bagian penting dalam perjalanan sejarah berkesenian di Pulau Dewata. Bahkan, ia menyebut Kokar Bali sebagai episentrum perkembangan seni di Bali pada era tahun 60an. Dari tangan para alumni Kokar, banyak tercipta seni kerawitan yang hingga saat ini terus berkembang.

Mengingat peran penting Kokar dalam perkembangan seni di Bali, Penglingsir Puri Ubud ini sangat mendukung pembentukan Istakari. Ia berharap, wadah ini dapat dimanfaatkan oleh tamatan Kokar yang saat ini tersebar di dalam dan luar negeri untuk bertukar pikiran dan pengalaman dalam berkesenian. Lebih dari itu, Wagub Cok Ace juga mengajak para tamatan Kokar ikut berperan aktif dalam upaya mengajegkan seni dan budaya Bali.

Baca Juga:  Pria Alor Aniaya Pasutri Kerabatnya di Denpasar, Berawal dari Masalah Adat

“Kita berharap upaya pelestarian bisa sejalan dengan upaya pengembangan,” ujarnya.

Ketua Umum Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali, Drs I Wayan Madra Aryasa MA dalam laporannya menyampaikan, Kokar Bali yang didirikan pada tahun 1960, hingga saat ini telah memiliki tak kurang dari 9 ribu lulusan yang tersebar di Bali hingga manca negara. Menurutnya, reuni akbar pernah dilaksanakan pada tahun 1969, 1970 dan 1975.

“Tahun 2020 merupakan pelaksanaan reuni akbar ke-4 dan kami juga secara resmi membentuk yayasan lengkap dengan kepengurusan,” terangnya.

Ia berharap, Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali menjadi wadah bagi tamatan Kokar untuk mengembangkan kreativitas seni yang mereka miliki.

Baca Juga:  Pemprov Bali Layangkan Teguran ke Finns Beach Club, Buntut Kasus Atraksi Kembang Api

Sementara itu, Pengarah Yayasan Istakari Sanggraha Budaya Bali, Ida Pedanda Gde Putra Bajing, menuturkan bahwa ia yang menjadi angkatan pertama Kokar Bali paham betul bagaimana sejarah awal perjuangan berdirinya sekolah seni modern pertama di Bali itu.

“Dulu saat baru dua angkatan, sempat dibuatkan gubuk di Jalan Ratna Denpasar sebelum akan disiapkan gedung untuk Kokar Bali di sana. Saat ini dengan adanya Yayasan Istakari, meskipun tamatan Kokar berada di mana-mana, tapi tetap ada wadah organisasi yang menyatukan kita,” ujar Ida Pedanda.

Melengkapi penyampaian Ida Pedanda, Kepala Sekolah SMKN 3 Sukawati I Gusti Ngurah Semara Semadi dalam sekapur sirihnya menyampaikan bahwa nama Kokar adalah kebanggaan. Lembaga pendidikan ini menghasilkan pendekar seni yang sangat berjasa membangun semangat berkesenian di Bali.

“Kalau di sebuah desa ada yang bisa menari atau menabuh, pasti ada orang Kokar yang membina. Itu sangat membanggakan,” ujarnya sembari mengatakan kalau hingga saat ini ia masih menyematkan nama Kokar pada sekolah yang dipimpinnya.

Baca Juga:  Debat Ketiga Pilgub Bali, Mulia-PAS Janji Atasi Ketimpangan UMP, Koster-Giri Fokus Tingkatkan Kualitas SDM

Dalam acara reuni agung, dilaksanakan pula peluncuran buku biografi ‘I Gusti Bagus Nyoman Pandji Pengobar Taksu Seni Bali’ yang mengulas jasa besar IGBN Pandji di masa awal berdirinya Kokar (1961-1975) serta kesenian Bali. Satu buku lagi berjudul ‘60 Tahun Kokar-SMKI-SMKN Pujaanku’ yang berisi catatan sejarah perjalanan panjang mulai dari bernama Kokar (1960-1975), SMKI Bali (1975-1999), hingga SMKN 3 Sukawati (1999-sampai sekarang).

Selain peluncuran buku, reuni agung juga diisi dengan seminar bertema ‘Puspasari Kokar Bali’ yang menghadirkan delapan pembicara antara lain Prof Dr I Made Bandem MA, AA Raka Payadnya, Prof Dr I Wayan Dibia SST MA, Dr N L N Swasthi Wijaya Bandem SST MHum, Dr I Wayan Senen SST MHum, Prof Dr I Wayan Rai S MA, I Made Sidia SSP MSi, dan I Nyoman Suma Argawam SH MM.