Ogoh-Ogoh ‘Sekar Layu’ Karya ST Pushada, Angkat Kisah Nyata Cinta Tanpa Restu di Desa Pandak Bandung

    Ogoh-Ogoh Sekar Layu, karya Sekaa Teruna (ST) Pushada, Banjar Bandung, Desa Pandak Bandung, Kecamatan Kediri, Tabanan.
    Ogoh-Ogoh Sekar Layu, karya Sekaa Teruna (ST) Pushada, Banjar Bandung, Desa Pandak Bandung, Kecamatan Kediri, Tabanan.

    PANTAUBALI.COM, TABANAN – Sekaa Teruna (ST) Pushada, Banjar Bandung, Desa Pandak Bandung, Kecamatan Kediri, Tabanan, menciptakan sebuah karya ogoh-ogoh bertema ‘Sekar Layu’.

    Karya ini terinspirasi dari kisah nyata yang ada di Desa Pandak Bandung, yakni mengisahkan tentang kisah cinta seorang anak perempuan bernama Diah Juwita tanpa restu orang tua.

    Ogoh-ogoh ini tak hanya menjadi bagian dari tradisi perayaan Nyepi, tetapi juga memiliki makna mendalam yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

    Tokoh masyarakat sekaligus penggagas ogoh-ogoh Sekar Layu, Anak Agung Bagus Putra Ambara, menjelaskan, ada dua pelajaran penting yang terkadung dari kisah ogoh-ogoh Sekar Layu yang ingin disampaikan kepada masyarakat.

    “Di satu sisi, kami ingin menyampaikan bahwa saat ini bukan lagi zamannya perjodohan yang memaksakan kehendak anak. Namun, di sisi lain, sebagai anak, kita tetap harus meminta restu orang tua sebelum menikah,” ujar pria yang akrab disapa Gung Pram tersebut pada Kamis (27/3/2025).

    Ia menceritakan, ogoh-ogoh ‘Sekar Layu’ mengangkat kisah nyata dari Desa Pandak Bandung, dengan tokoh utamanya adalah seorang perempuan cantik bernama Diah Juwita. Ia adalah putri seorang tabib terkenal bernama Jro Dukuh, yang memiliki keahlian tinggi dalam bidang pengobatan.

    Diah Juwita tidak hanya dikenal karena kecantikannya, tetapi juga karena kepandaiannya dalam kesusastraan dan ilmu pengobatan. Sejak kecil, ia sudah membantu ayahnya dalam meracik obat dan mengobati orang-orang yang datang berobat. Selain Diah Juwita, Jro Dukuh juga memiliki dua murid sakti bernama Kaki Sapuh dan I Kuel.

    Baca Juga:  Tradisi Idul Fitri di Indonesia, Dari Mudik Hingga Takbiran

    Kaki Sapuh dikenal sakti, berwibawa, pendiam, dan galak. Ia memiliki kemampuan untuk mengubah dirinya menjadi burung garuda emas.

    I Kuel terkenal usil, namun kesaktiannya juga luar biasa. Ia mampu mengubah dirinya menjadi binatang apapun sesuai kehendaknya.

    Suatu hari, datang seorang utusan dari seorang penguasa ke rumah Jro Dukuh untuk meminta pengobatan. Jro Dukuh pun mengutus Diah Juwita untuk pergi mengobati penguasa tersebut.

    Setibanya di tempat sang penguasa, Diah Juwita dengan cekatan mengobati penyakitnya hingga sembuh. Namun, dalam proses itu, ia bertemu dengan anak penguasa tersebut. Tanpa disangka, pertemuan itu menumbuhkan benih-benih cinta di antara mereka.

    Karena perasaan yang begitu kuat, Diah Juwita akhirnya menikah dengan anak sang penguasa tanpa meminta restu ayahnya. Padahal sebelumnya ia telah berjanji untuk tetap tinggal di rumah dan membantu ayahnya mengobati orang-orang.

    Saat kabar pernikahan ini sampai ke telinga Jro Dukuh, ia merasa sangat marah. Dalam amarahnya, Jro Dukuh mengutus dua muridnya, Kaki Sapuh dan I Kuel, untuk menjemput paksa Diah Juwita.

    Adegan penjemputan inilah yang menjadi inti dari ogoh-ogoh Sekar Layu. Kaki Sapuh berubah menjadi burung garuda emas dan terbang menuju tempat tinggal Diah Juwita. I Kuel menjelma menjadi kumbang dan ikut serta dalam perjalanan tersebut.

    Baca Juga:  Lansia di Marga Tabanan Hilang Sejak 4 Hari Belum Ditemukan

    Diah Juwita akhirnya kembali ke rumah ayahnya, namun ia memilih untuk tidak menikah lagi hingga akhir hayatnya.

    “Nah penjemputan inilah yang kami gambarkan dalam ogoh-ogoh. Kaki Sapuh berubah menjadi garuda emas yang berada diatas Diah Juwita dan I Kuel menjadi Kumbang yang berada di bawah,” jelasnya.

    Dengan filosofi tersebut, ST Pushada ingin mengedukasi masyarakat bahwa restu orang tua tetap memiliki nilai yang tidak bisa diabaikan dalam sebuah pernikahan, tanpa harus menghilangkan hak seseorang dalam menentukan pasangan hidupnya.

    Selain sebagai bentuk edukasi budaya, pembuatan ogoh-ogoh ini juga semula bertujuan untuk mewakili Kecamatan Kediri dalam perlombaan tingkat Kabupaten Tabanan. Dua tahun lalu, dalam perlombaan tingkat provinsi, ST Pushada berhasil meraih posisi tiga besar. Oleh karena itu, di tahun ini mereka berambisi menampilkan karya dengan tema lokal yang kuat.

    Namun, karena perwakilan lomba tidak melalui seleksi melainkan langsung ditunjuk oleh camat, ogoh-ogoh Sekar Layu tidak dapat mengikuti perlombaan tingkat kabupaten.

    Meskipun demikian, ST Pushada tetap bangga dengan hasil karyanya. Mereka ingin menunjukkan kepada masyarakat luas bahwa ogoh-ogoh ini tidak sekadar patung besar untuk parade, tetapi juga mengandung kisah nyata yang terjadi di Desa Pandak Bandung.

    Baca Juga:  Semarak Jimbaran Culture Festival dan Lomba Ogoh-Ogoh 2025

    Pembuatan ogoh-ogoh Sekar Layu dimulai sejak November 2024 dan selesai pada H-5 sebelum Pengerupukan, yang jatuh pada 28 Maret 2025.

    Menariknya, selama proses pengerjaan, beberapa kejadian aneh sempat terjadi. Salah satunya adalah kemunculan serangga kumbang yang menyerupai tokoh dalam ogoh-ogoh sebanyak tiga kali.

    Selain itu, salah satu keluarga dari keturunan Diah Juwita juga mengaku bermimpi didatangi sosok yang dipercayai sebagai Diah Juwita, tokoh utama dalam cerita ini.

    “Percaya atau tidak, saya merasa kejadian ini berkaitan dengan ogoh-ogoh yang sedang kami buat. Selain itu, imajinasi kami seakan mengalir begitu saja saat proses pembuatan,” kata Gung Pram.

    Sementara itu, Ketua ST Pushada, Leo Pranata, menambahkan, ogoh-ogoh ini dibuat 100 persen menggunakan bahan ramah lingkungan. Rangka dasar dibuat dari besi dan bambu, sementara kertas koran digunakan untuk membentuk tubuh.

    “Kami sama sekali tidak menggunakan sterofoam. Hiasannya pun menggunakan bahan alami seperti daun nangka dan daun pisang. Bahkan, untuk bagian sayap, kami memanfaatkan daun agar tetap ramah lingkungan,” jelasnya.

    Dari segi biaya, pembuatan ogoh-ogoh ini menghabiskan dana sekitar Rp 25 juta. “Astungkara, dengan anggaran ini kami bisa menciptakan ogoh-ogoh yang membanggakan,” tambahnya. (ana)