PANTAUBALI.COM, TABANAN – Sehari setelah peringatan hari suci Saraswati tepatnya Minggu (9/2/2025), umat Hindu di Bali melaksanakan ritual Banyu Pinaruh.
Biasa mereka melakukan ritual ini di sumber mata air atau pantai dengan cara keramas atau membersihkan badan. Prosesi ini bertujuan untuk membersihkan diri dari kegelapan pikiran yang melekat pada tubuh manusia.
Ratusan hingga ribuan masyarakat memadati pesisir pantai di Bali sudah menjadi pemandangan yang biasa saat Banyu Pinaruh. Seperti yang terjadi di Pantai Pasut, Kecamatan Kerambitan dan Pantai Abian Kapas Kecamatan Selemadeg Timur. Di dua lokasi tersebut digelar pengelukatan masal Banyu Pinaruh yang dipuput oleh sulinggih.
Kadek Diah (17), seorang warga Tabanan yang mengikuti Banyu Pinaruh massal di Pantai Pasut mengatakan, dirinya bersama dua orang temannya mulai mengikuti upacara sejak pukul 06.30 WITA.
Remaja yang masih duduk di bangku SMA itu juga mengaku baru pertama kali mengikuti prosesi Pengelukatan Banyu Pinaruh massal. “Ini baru pertama kali saya ikut. Biasanya hanya melakukan Banyu Pinaruh di rumah,” ujarnya.
Ia pun berharap ritual massal yang diselenggarakan oleh panitia bersama Griya Agung Lingga Geni, PSN Korlap Kerambitan, dan yayasan GDWS ini bisa rutin digelar setiap Banyu Pinaruh yang diperingati setiap enam bulan sekali.
Sementara itu, Penglukatan Banyu Pinaruh massal di Pantai Abian Kapas yang di selenggarakan oleh Yayasan Bhakti Yoga Dharma. Bahkan, Kapolres Tabanan, AKBP Chandra Citra Kesuma bersama Camat Selemadeg Timur dan anggota DPRD Tabanan turut hadir dalam prosesi.
Pihaknya pun mengimbau masyarakat agar menjaga keselamatan selama beraktivitas di pinggir pantai terutama saat gelombang pantai sedang tinggi.
“Dalam pengamanan pelaksanaan kegiatan Penglukatan Banyupinaruh kami siagakan 19 orang personel yakni dari Polsek Seltim 17 orang dan Personil Polairud Polres Tabanan 2 orang serta dibantu pecalang adat Beraban dan panitia pengamaman,” kata AKBP Chandra Citra. (ana)