Pj Gubernur Bali: Upacara Adat Penggerak Perekonomian, Bukan Pemborosan

Pj Gubernur Bali menerima audiensi pengurus Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Jayasabha, Denpasar, Jumat (20/12/2024).
Pj Gubernur Bali menerima audiensi pengurus Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Jayasabha, Denpasar, Jumat (20/12/2024).

PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Penjabat (Pj) Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya menyebut upacara adat di Bali bukanlah bentuk pemborosan, melainkan cara menggerakkan roda perekonomian masyarakat.

“Ekonomi berputar melalui kegiatan adat dan upacara,” ujar Mahendra Jaya saat menerima audiensi dari pengurus Mahagotra Pasek Sanak Sapta Rsi (MGPSSR) di Jayasabha, Denpasar, Jumat (20/12/2024).

Ia juga menyampaikan, keberagaman pasemetonan yang ada di Bali seharusnya menjadi kekuatan, bukan malah terkotak-kotak. Keberadaan pasemetonan juga sangat mendukung pemerintah untuk mengatasi berbagai permasalahan seperti kemiskinan, stunting, dan masalah sosial lainnya.

Baca Juga:  Bali Tuan Rumah Muktamar PBB Ke-VI Pada Januari 2025

“Banyak warna, tapi akarnya satu. Keberagaman ini memperindah kerukunan, bukan memecah belah,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua MGPSSR Pusat, Prof. Wayan Wita mengatakan, di Bali sendiri terdiri sekitar 39 pasemetonan. Yang mana, 18 di antaranya sudah membentuk struktur organisasi. Mereka berkomitmen untuk tidak hanya fokus pada adat dan agama, tetapi juga menangani isu-isu sosial yang terjadi di Bali.

Baca Juga:  Pj Gubernur Bali Ajak Kabupaten/Kota ‘Ngrombo’ Tangani Sampah dan Penataan Baliho

“Dengan adanya pasemetonan, kami tidak ingin mengkotak-kotakkan diri, melainkan memperkaya keberagaman budaya yang menjadikan Bali lebih indah,” ungkap Prof. Wita.

Ia juga menyampaikan, organisasi ini secara rutin menyelenggarakan pesamuhan agung setiap tahun dan Mahasabha setiap lima tahun sekali sebagai bagian dari konsolidasi internal dan pemeliharaan nilai-nilai luhur.

Dengan semangat kebersamaan, MGPSSR diharapkan terus menjadi teladan dalam menjaga kerukunan, memperkuat identitas budaya, serta membantu mengatasi berbagai tantangan sosial yang dihadapi masyarakat Bali. (ana)