PANTAUBALI.COM, TABANAN – Subak Spirit Festival 2024 yang diinisiasi oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia berlangsung dengan berbagai rangkaian kegiatan.
Festival yang digelar di Subak Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali, ini berlangsung selama dua hari.
Adapun pembukaan festival telah berlangsung Sabtu kemarin (9/11/2024) dan dibuka langsung oleh Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha.
Di hari kedua, Minggu (10/11/2024), festival yang baru digelar pertama ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan. Mulai dari lokakarya kreatif, pertunjukan budaya, hingga kolaborasi artistik yang meriah.
Lokakarya membuat Lelakut atau orang-orangan sawah tradisional. Ada juga lokakarya pembuatan Sunari atau buluh bambu panjang yang dilubangi dengan teknik khusus dan diisikan daun kelapa sebagai budaya pertanian di Bali.
Kegiatan tersebut sangat menarik minat banyak peserta, khususnya generasi muda yang ingin lebih mengenal serta mendalami kearifan lokal.
Aktivitas ini menghubungkan mereka dengan nilai-nilai leluhur yang terkandung dalam berbagai tradisi budaya yang berkaitan dengan Subak.
Salah satu petani di Subak Jatiluwih Nengah Darmikayasa (50) yang terlibat dalam lokakarya mengatakan, petani Subak Jatiluwih masih menjaga tradisi penggunaan Lelakut untuk mengusir hama burung.
“Sebagian besar petani di Jatiluwih masih menggunakan Lelakut yang terbuat dari ilalang kering dan kelapa tua untuk kepalanya,” ujarnya ditemui di sela-sela lokakarya pembuatan Lelakut.
Ia menyebut, pembuatan Lelakut ini pun memerlukan keterampilan khusus terutama dalam pembuatan kepalanya agar mirip seperti manusia.
Selain itu, proses pemasangan Lelakut juga tidak sembarangan. Petani harus memilih hari baik menurut kepercayaan setempat agar efektif untuk mengusir burung.
“Biasanya Lelakut dipasang di sawah saat padi sudah berumur tiga bulan. Biasanya satu petak sawah diisi satu Lelakut,” ucap Darmikayasa.
Ia pun berharap dengan digelarnya Subak Spirit Festival 2024 ini bisa melestarikan sekaligus memperkenalkan tradisi kebudayaan pertanian kepada masyarakat, khususnya gerenasi muda.
Pergelaran Subak Spirit Festival 2024 ini juga menekankan dukungan Bali terhadap program ketahanan pangan berkelanjutan, yang menjadi inti dari sistem Subak.
Dengan menghormati praktik pertanian tradisional dan sistem irigasi ini, festival memperlihatkan pentingnya pendekatan pembangunan yang seimbang, yang mengutamakan pelestarian ekologi, kesinambungan budaya dan ketahanan pangan.
Sementara itu, Manajer DTW Jatiluwih I Ketut Purna mengungkapkan, pergelaran festival ini sangat berdampak terhadap peningkatan kunjungan di kawasan wisata Jatiluwih, khususnya wisatawan domestik.
“Kami sangat bersyukur acara ini diadakan di sini, karena antusiasme masyarakat sangat tinggi,” ungkapnya. (ana)