Inovasi TPS3R Desa Pangkung Karung, Olah Sampah Jadi Pupuk Organik Gratis untuk Warga

Pengolahan sampah organik menjadi pupuk di TPS3R Desa Pangkung Karung, Kecamatan Kerambita, Tabanan.
Pengolahan sampah organik menjadi pupuk di TPS3R Desa Pangkung Karung, Kecamatan Kerambita, Tabanan.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Desa Pangkung Karung yang terletak di Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan memiliki cara berbeda dalam mengelola Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS3R).

Umumnya, TPS3R bertujuan mengolah sampah baik itu sampah organik dan anorganik untuk mengatasi masalah sampah di wilayah sekitar.

Namun, TPS3R Desa Pangkung Karung selain mengolah sampah juga membagikan hasil pengolahan sampah berupa pupuk organik kepada warga desa.

Pupuk organik ini dibagikan setiap tahunnya kepada warga yang memakai jasa pengangkutan sampah dari TPS3R Desa Pangkung Karung.

Selain pupuk organik, TPS3R juga memilah sampah anorganik dan menjualnya kembali ke pihak ketiga.

Bendahara Kelompok Pemeliharaan dan Pemberdayaan Desa Pangkung Karung Ni Made Suartini mengatakan, TPS3R Desa Pangkung Karung menerima 4 ton sampah organik setiap bulannya.

Semua sampah ini akan diolah menjadi pupuk organik dengan beberapa tahap.

Baca Juga:  Asian Vovinam Championship 2024 Berlangsung di Tabanan, Libatkan 16 Negara Asia

Pertama, sampah organik yang masuk dipilah dulu, lalu dikeringkan. Setelah kering, baru dicacah menggunakan mesin.

Selanjutnya, sampah difermentasi selama dua bulan sebelum dikemas dan siap untuk dijual atau dibagikan.

“Dari 4 ton sampah organik yang masuk biasanya menjadi 1 ton pupuk organik,” ujarnya, Selasa (18/6/2024).

Ia mengatakan, warga yang memakai jasa pengangkutan sampah TPS3R, akan mendapatkan pupuk organik gratis sebanyak 5 kilogram setiap tahun. Mereka biasanya menjual pupuk organik seharga Rp1.250 per kilogram.

“Dari TPS3R sudah dikemas dengan berat 6 kilogram. Pembelinya masih warga sekitar terutama petani hingga ibu rumah tangga yang berkebun,” ungkapnya.

Baca Juga:  Sambut Natal, Gereja Immaculata Tabanan Dihiasi dengan Penjor dan Pohon Natal

Selain melayani jasa pengangkutan sampah dan membuat pupuk organik, lanjut Suartini, TPS3R Desa Pangkung Karung juga sering melakukan pembinaan bagi warga mengenai cara pemilahan sampah. Sehingga, sampah yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung hanya tersisa residu saja.

Kini pihaknya sedang mengajukan penelitian kandungan unsur hara pupuk organik untuk membuat label. Label ini berguna agar mereka dapat menjualnya lebih luas lagi melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Untuk saat ini penjualan masih di sekitaran desa, utamanya petani di Desa Pangkung Karung,” ungkap Suartini.

TPS3R Desa Pangkung Karung menerima 7,6 ton sampah setiap bulan. Dari total sampah itu, sebanyak 221 kilogram sampahnya berupa anorganik yang kemudian dipilah untuk dijual kembali ke pihak ketiga.

Baca Juga:  393 Pesilat Bali Berlaga di Kejurda Pencak Silat Kertha Wisesa VIII

“Untuk sampah anorganik yang dijual ke pihak ketiga itu sampah botol plastik dan kardus,” ujar Suartini.

Ia menambahkan, meskipun program TPS3R Desa Pangkung Karung dikatakan sudah berhasil dalam mengolah sampah, tetapi belum semua masyarakat memakai jasa pengangkutan sampah. Sebab dari 1.012 KK, baru sebanyak 352 KK yang terlayani atau sekitar 30 persen.

“Sisanya itu belum dilayani karena mereka masih membuang sampahnya di lahan perkebunan. Tetapi tentu diharapkan seiring waktu akan semakin banyak warga di desa akan terlayani pengangkutan sampah dari TPS3R,” harapnya. (ana)