
PANTAUBALI.COM, TABANAN — Musim kemarau basah yang terjadi di wilayah Bali pertengahan tahun ini mendorong sejumlah petani mengalihkan pola tanam mereka.
Jika biasanya pada musim kemarau petani menanam jagung, kini mereka memilih menanam padi karena curah hujan yang masih cukup tinggi dan pasokan air yang mencukupi.
Peralihan ini terjadi di sejumlah subak di Kabupaten Tabanan, terutama di Kecamatan Selemadeg dan Kerambitan yang selama ini dikenal sebagai sentra produksi jagung.
Hal itu diungkapkan oleh Kepala Dinas Pertanian Tabanan, I Made Subagia. Menurutnya, fenomena kemarau basah saat ini membuat petani menyesuaikan diri. Beberapa subak pun memutuskan mengganti tanaman dari jagung menjadi padi karena ketersediaan air memungkinkan tanaman padi tumbuh optimal.
“Biasanya, saat kemarau petani menanam jagung. Namun karena masih turun hujan, beberapa subak memutuskan menanam padi. Ini juga sesuai dengan dorongan dari pemerintah pusat untuk meningkatkan Luas Tambah Tanam (LTT) padi demi ketahanan pangan,” ujar Subagia Sabtu (12/7/2025).
Meski sebagian petani beralih ke padi, tanam jagung masih tetap berlangsung di sejumlah wilayah. Salah satunya di Kecamatan Selemadeg, yang menjadi salah satu sentra produksi jagung di Tabanan. Hingga awal Juli ini, sudah tercatat sekitar 700 hektare lahan yang ditanami jagung.
“Tanamannya sudah mulai tumbuh. Petani harus memperbaiki irigasi agar air bisa mengalir lancar dan tidak menyebabkan lahan cepat kering,” ujar Subagia.
Ia menambahkan, pada musim tanam sebelumnya, curah hujan yang tinggi memungkinkan petani menabur benih langsung tanpa membuat saluran irigasi. “Tahun ini, petani harus lebih waspada karena meski masih hujan, kebutuhan irigasi tetap penting jika musim kemarau kembali normal,” jelasnya.
Dinas Pertanian Tabanan sebelumnya telah menargetkan penanaman jagung di lahan seluas hampir 2.000 hektare, yang tersebar di subak-subak wilayah Kecamatan Selemadeg Timur, Kerambitan, dan sekitarnya. Para petani juga telah menerima bantuan benih jagung.
Namun, karena air masih melimpah, ada tiga subak di Kerambitan yang memilih menanam padi. Benih jagung yang sudah terlanjur dibagikan kemudian direalokasikan ke subak lain yang siap menanam jagung pada bulan Juli dan Agustus.
“Pemerintah pusat pada tahun 2024 juga sudah mengalokasikan bantuan pompa air. Jadi, kalau musim kemarau tiba saat pertengahan tanam padi nanti maka kebutuhan air tetap aman,” tambah Subagia.
Terkait kondisi saluran irigasi, Subagia menegaskan, hingga kini tidak ada laporan kerusakan signifikan akibat hujan deras beberapa waktu terakhir.
“Saya belum menerima laporan kerusakan saluran irigasi, baik yang jebol maupun rusak parah. Secara umum, saluran irigasi di tingkat primer relatif aman,” imbuhnya. (ana)