PANTAUBALI.COM, JEMBRANA – Kasus kematian akibat gigitan anjing yang diduga terinfeksi rabies kembali terjadi di Kabupaten Jembrana, Bali. Korban adalah seorang anak laki-laki berusia 8 tahun berinisial AFW, warga Desa Tegal Badeng Barat, Kecamatan Negara.
Ia menghembuskan napas terakhir di RSUD Negara pada Senin malam (12/5/2025) setelah menunjukkan gejala yang mengarah pada infeksi rabies.
Direktur RSUD Negara, dr. Ni Putu Eka Indrawati, menjelaskan bahwa AFW tiba di rumah sakit dalam kondisi sangat lemah sekitar pukul 19.45 Wita.
“Pasien mengalami penurunan kesadaran, tidak bisa diajak berkomunikasi, takut terhadap air (hidrofobia), dan tidak tidur selama dua hari. Gejala yang muncul sangat khas rabies,” ungkapnya, Jumat (16/5/2025).
Sebelum dibawa ke rumah sakit, AFW sempat mengalami kejang-kejang dan mengeluarkan busa dari mulut. Menurut keterangan pihak keluarga, sekitar dua bulan sebelumnya, ia pernah digigit anjing peliharaan di bagian betis kiri.
Sayangnya, setelah kejadian itu, korban tidak dibawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan vaksin anti-rabies (VAR). Anjing yang menggigitnya pun dilaporkan mati sekitar dua hingga tiga minggu setelah insiden.
“Pasien sempat dirawat di ruang Cempaka. Ketika keluarga mencoba memberikan air minum, pasien menjadi gelisah, lalu mengalami henti jantung dan napas. Kami telah melakukan resusitasi, namun nyawanya tidak tertolong. Ia dinyatakan meninggal pukul 23.10 Wita,” tambah dr. Eka.
Sementara itu, Plt. Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, I Gede Putu Kasthama, menyampaikan keprihatinan mendalam.
Ia menyayangkan tidak adanya laporan dari pihak keluarga kepada pusat rabies atau petugas terkait, yang seharusnya bisa mempercepat penanganan. “Jika kami menerima laporan lebih awal, tentu bisa dilakukan tindak lanjut, seperti observasi anjing dan pemberian VAR,” katanya.
Sebagai langkah antisipasi, pihaknya akan memperkuat edukasi masyarakat mengenai rabies, khususnya di lingkungan sekolah dan desa-desa. “Kami sudah koordinasi dengan para dokter hewan di wilayah Jembrana untuk tetap siaga. Vaksinasi emergensi terus kami lakukan di daerah rawan kasus,” tegas Kasthama.
Adapun berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, sejak Januari hingga April 2025 tercatat 43 kasus positif rabies, dengan 23 hasil negatif. Untuk bulan Mei, hingga saat ini belum ditemukan kasus baru. (ana)