
PANTAUBALI.COM, JEMBRANA – Pelanggaran Hari Suci Nyepi pada Sabtu (29/3/2025) terjadi di Kelurahan Loloan Timur, Kecamatan Jembrana, serta Loloan Barat, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Bali. Kejadian ini viral di media sosial dan memicu beragam reaksi dari masyarakat.
Video yang beredar menunjukkan aktivitas warga Kampung Loloan yang tetap berjalan seperti biasa saat Nyepi, termasuk bersepeda, mengendarai sepeda motor, dan melakukan aktivitas jual beli. Fenomena ini menuai banyak komentar negatif dari warganet dan menjadi perhatian berbagai pihak.
Menyikapi kejadian tersebut, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Jembrana menggelar rapat koordinasi di Rumah Jabatan Bupati Jembrana pada Minggu (30/3/2025). FKUB Jembrana mengakui bahwa seruan yang telah dikeluarkan sebelumnya tidak sepenuhnya dijalankan di wilayah tersebut dan menyampaikan permohonan maaf atas ketidaksempurnaan tersebut.
Permohonan maaf disampaikan langsung oleh FKUB Jembrana bersama Pemerintah Kabupaten Jembrana. Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, serta Wakil Bupati Gede Ngurah Patriana Krisna turut hadir dalam penyampaian permohonan maaf tersebut.
“Kami dari Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), yang terdiri dari ketua-ketua majelis seperti PHDI, MUI, MPUK, PAROKI, WALUBI, dan MATAKIN, menyatakan permohonan maaf atas kejadian yang terjadi saat Hari Suci Nyepi Tahun Saka 1947 di Kabupaten Jembrana,” ujar salah satu perwakilan FKUB dalam pernyataan resminya.
FKUB Jembrana berjanji akan menyusun seruan yang lebih rinci untuk Nyepi mendatang guna menghindari kejadian serupa. “Kami telah membuat seruan bersama berdasarkan kesepakatan, namun ternyata masih ada ketidaksempurnaan dalam pelaksanaannya di lapangan,” tambah perwakilan FKUB.
Sementara itu, Bupati Jembrana, I Made Kembang Hartawan, mengajak masyarakat untuk lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Ia juga menjelaskan bahwa warga Muslim di Loloan merupakan keturunan Bugis yang telah lama menetap di Jembrana, bukan pendatang dari Jawa.
“Semangat yang ingin kita jaga adalah memperkuat toleransi, sikap saling menghargai dan menghormati, serta rasa menyama braya yang selama ini telah terjalin dengan baik di Jembrana,” pungkas Kembang.
Diharapkan, peristiwa ini dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk meningkatkan harmoni dan toleransi antarumat beragama di Jembrana, khususnya dalam perayaan hari-hari besar keagamaan. (ana)