PANTAUBALI.COM, TABANAN – Subak Tingkihkerep yang berlokasi di Desa Tengkudak, Kecamatan Penebel, Tabanan menjadi lokasi eksplorasi budaya Subak di Catur Angga Watu Karu dalam program Penguatan Ekosistem Kebudayaan yang diadakan pada 7-9 Desember 2024.
Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan tradisi agraris Bali yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, serta mendorong partisipasi generasi muda dalam menjaga keberlanjutan ekosistem Subak.
Berbagai kegiatan diselenggarakan, seperti edukasi mengenai pentingnya menjaga sistem irigasi Subak, pengenalan kampung jalak Bali, dan parade panen padi dengan melibatkan anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu pra lansia dan lansia.
“Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan generasi muda tentang Subak, termasuk alat pertanian tradisional dan nilai seni budaya yang terkandung di dalamnya,” kata Daya Desa Tengkudak, Nengah Mudastra, Minggu (8/12/2024).
Seperti diketahui, Subak merupakan sistem irigasi tradisional yang telah ada sejak abad ke-9 Masehi, menjadi simbol kekayaan budaya nasional yang terus dilestarikan.
Selain berfungsi dalam pengelolaan irigasi sawah, Subak juga mengamalkan filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan melalui ritual di pura-pura sumber air.
Desa Tengkudak, yang masih menerapkan sistem Subak, menjadi lokasi strategis untuk memperkenalkan kearifan lokal ini. Kegiatan ini tidak hanya menampilkan tradisi agraris, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda.
“Kami ingin menanamkan rasa cinta pada budaya Subak sejak dini agar generasi muda memahami pentingnya menjaga warisan leluhur,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tengkudak, I Ketut Suartanca mengungkapkan kegiatan ini merupakan cara efektif untuk melestarikan warisan, khususnya Subak, dan berharap program ini dapat berlanjut di masa depan.
“Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif, baik dalam pelestarian budaya maupun pemberdayaan masyarakat,” kata Suartanca.
Dengan partisipasi aktif, masyarakat tidak hanya merasakan kebanggaan atas tradisi mereka, tetapi juga memperkuat identitas dan solidaritas sosial.
Eksplorasi Budaya Subak di Catur Angga Watu Karu menunjukkan bahwa tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan, menjaga warisan dunia tetap hidup di tengah modernitas. (ana)