PANTAUBALI.COM – Dua puluh dua tahun telah berlalu sejak ledakan bom menghancurkan kawasan wisata Kuta, Bali, pada tahun 2002. Tragedi yang mengguncang dunia ini merenggut 202 nyawa dari 21 negara, termasuk 88 warga Australia dan 38 warga Indonesia, serta melukai ratusan lainnya. Meski waktu terus berlalu, luka yang ditinggalkan oleh peristiwa ini masih terasa hingga kini.
Pada malam kelam 12 Oktober 2002, dua bom besar meledak di Paddy’s Pub dan Sari Club, yang kala itu merupakan pusat hiburan malam yang ramai. Ledakan dahsyat tersebut menghancurkan bangunan, memporak-porandakan kawasan Kuta, dan menebar kepanikan di antara wisatawan lokal dan internasional.
Hari ini, biasanya masyarakat Bali bersama keluarga korban dari berbagai negara berkumpul di Monumen Bom Bali yang terletak di Jalan Legian, Kuta. Monumen ini didirikan sebagai bentuk penghormatan kepada para korban dan simbol komitmen bersama untuk melawan kekerasan. Dalam suasana khidmat, mereka menyampaikan doa dan harapan untuk masa depan yang lebih damai, bebas dari ancaman terorisme.
Sejak tragedi tersebut, langkah-langkah konkret dalam memerangi terorisme semakin diperkuat, baik di tingkat nasional maupun internasional. Pemerintah Indonesia melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bekerja sama dengan berbagai negara dan organisasi global untuk mencegah aksi terorisme serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya ekstremisme. (*)