PANTAUBALI.COM, TABANAN – Salah satu produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Tabanan meraih kesuksesan besar dengan produk inovatifnya, Mie Kelor Gud, yang kini dilirik pasar ekspor.
Inovasi produk berbahan dasar tepung terigu dan daun kelor ini dikembangkan oleh I Wayan Sumerta Dana Arta, warga Banjar Buahan Tengah, Desa Buahan, Tabanan.
Dengan cita rasa yang lezat dan tentunya menyehatkan untuk tubuh, Mie Kelor Gud dilirik oleh pasar ekspor negara Azerbaijan dan Laos, serta sedang dalam proses masuk ke pasar Korea Selatan.
“Mie Kelor Gud saat ini sedang menjalani proses standardisasi di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk memastikan kandungan dan kualitasnya,” kata Wayan Sumerta Dana Arta, saat ditemui di kediamannya di Desa Buahan sekaligus menjadi tempat produksi Mie Kelor Gud, Kamis (25/7/2024).
Pada kesempatan yang sama, Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya bersama jajarannya juga hadir langsung ke tempat produksi Mie Kelor Gud saat melaksanakan Program Bungan Desa atau Ngantor di Desa Buahan, Tabanan.
Wayan Sumerta Dana pun menjelaskan, proses pengujuan standardisasi di BPOM ini penting dilakukan karena setiap produk ekspor nantinya harus sesuai dengan standar BPOM di negara tujuan.
Dari tahap pengujian, produk Mie Kelor miliknya sudah lolos Cara Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB).
“Sekarang tinggal menunggu tim audit untuk melengkapi apa-apa yang kurang. Paling lama pengujian setahun. Mudah-mudahan bisa secepatnya,” ucapnya.
Mie Kelor ini tanpa menggunakan bahan pengawet makanan. Namun, dengan penggunaan kemasan premium, diakui Sumerta Dana, daya tahan produk dapat mencapai 6 – 8 bulan.
“Jika pengeringan dilakukan dengan baik, bisa bertahan hingga satu tahun. Namun, ini masih dalam tahap pengujian,” ungkapnya.
Terkait jumlah permintaan produk dari eksportir, Sumerta Dana mengaku pesanan awal mie kelornya belum mencapai kesepakatan.
Meskipun demikian, produksi Mie Kelor Gud dilakukan secara rutin dengan kapasitas 100 pcs per hari. Karena tidak menggunakan bahan pengawet, produk ini tidak tahan lama sehingga sering ada pre-order (PO) mendadak.
Ada tiga varian rasa yang ditawarkan saat ini, diantaranya goreng, kuah, dan betutu. Ada juga varian baru, sop ikan patin, yang akan segera dipasarkan.
“Alasan kami tidak menggunakan ikan laut karena banyak masyarakat yang alergi ikan laut,” jelasnya.
Terkait bahan baku, Sumerta Dana mengaku, untuk kelor saat ini mudah didapat dari kelompok kebun lokal dan Asosiasi Bion Moringga Indonesia (ABMI), yang anggotanya tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri.
“Jika kebutuhan bahan baku mendesak, akan ada pengiriman dari berbagai wilayah di Indonesia,” tambahnya. (ana)