Delegasi WWF Kagumi Sistem Irigasi Subak dan Varietas Beras Merah Cendana Jatiluwih

Kunjungan delegasi WWF ke-10 dari Indonesia ke DTW Jatiluwih, Senin (20/5/2025).
Kunjungan delegasi WWF ke-10 dari Indonesia ke DTW Jatiluwih, Senin (20/5/2025).

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Sebagai salah satu lokasi kunjungan para delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 Bali, Daya Tarik Wisata (DTW) Jatiluwih sudah mulai dikunjungi delegasi.

Seperti pada Sabtu (18/5/2024) lalu, DTW yang terletak di Kecamatan Penebel, Tabanan tersebut dikunjungi oleh mantan presiden Hongaria, Jànos Àder beserta rombongan.

Keesokan harinya, DTW Jatiluwih kembali menerima kunjungan delegasi dari Prancis dan Tiongkok.

Hari ini tepatnya pada Senin (20/5/2024), delegasi Indonesia perwakilan PBB bidang lingkungan, Ranitya Nurlita, bersama rombongan mengunjungi DTW Jatiluwih.

Manager DTW Jatiluwih I Ketut Purna mengatakan, para delegasi yang telah berkunjung sangat tertarik dan kagum dengan sistem subak atau irigasi sawah yang ada di Jatiluwih.

Baca Juga:  Tabanan Bebas Bicara, Cawabup Sengap Ajak Diskusi Anak Muda dan Mahasiswa Tabanan

Sebab, subak merupakan sistem irigasi air yang hanya ditemukan di Bali dan sudah menjadi warisan turun temurun yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat.

“Subak benar-benar menjadi sistem irigasi yang tidak ada duanya di dunia. Itu yang mereka paling kagumi. Mereka terus bertanya kepada kami, bagaimana caranya mengatur sistem pembagian air agar merata di sawah bagian atas hingga bawah,” ujarnya.

Selain subak, lanjut Purna, para delegasi juga tertarik untuk mengetahui tentang varietas beras merah cendana yang merupakan varietas asli dari Desa Jatiluwih.

“Kami benar-benar mempertahankan varietas beras merah cendana ini sebagai bentuk mempertahankan warisan leluhur,” ungkap pria yang akrab disapa Jhon tersebut.

Baca Juga:  Diskusi dengan Anak Muda, Sengap Singgung Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja dan Pengelolaan Lingkungan

Sejatinya, tujuan para delegasi berkunjung ke DTW Jatiluwih adalah untuk belajar tentang sistem pertanian yang ada di Jatiluwih. Karena seperti yang kita ketahui, Subak Jatiluwih sendiri telah diakui dunia sebagai warisan budaya.

“Para delegasi kesini pertama tujuannya untuk belajar. Namun, saya yakin mereka di negaranya memiliki sistem pertanian yang lebih bagus dari disini. Tapi yang mereka kagumi adalah bagaimana sistem pengairannya dan varietas beras merah cendana,,” tegasnya.

Khusus untuk delegasi Indonsesia yang berkunjung hari ini, dikatakan Jhon, lebih banyak bertanya terkait sistem pengaturan air di Subak Jatiluwih, kapan terbentuknya subak hingga jenis padi yang ditanam di subak Jatiluwih.

Baca Juga:  Jatiluwih Dinobatkan Sebagai Desa Terbaik Dunia Versi UN Tourism

“Kami jelaskan bahwa di Jatiluwih beda dengan di tempat lain. Kalau di Jatiluwih petani bisa panen sebanyak kali kali dalam setahun. Sementara di Jatiluwih hanya bisa sekali karena menanam padi beras merah cendana asli Jatiluwih,” jelasnya.

Jhon menambahkan, seharusnya mulai hari ini pihaknya menerima 50 – 100 delegasi WWF. Namun berhubung waktu berbentrokan dengan acara di Nusa Dua, Badung maka mereka memilih untuk mengikuti acara tersebut.

“Seharusnya perwakilan dari 120 negara mulai hari ini datang kesini. Tapi karena acara di Nusa Dua lagi padat makanya mereka cancel kesini. Mungkin tanggal 22-25 Mei nanti kunjungan akan ramai,” pungkasnya. (ana)