PANTAUUBALI.COM, TABANAN – Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) mampu menjadi penggerak ekonomi desa. Maka dari itu, BUMDes diharapkan bisa menciptakan beragam inovasi dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada di masing-masing desa.
Seperti yang dilakukan oleh BUMDes Bumi Lestari di Desa Selemadeg, Kecamatan Selemadeg, Tabanan yang mengembangkan potensi peternakan sapi.
Menariknya, pola pengembangan peternakan sapi disini dilakukan dengan sistem ngadas. Artinya warga tidak perlu membeli induk sapi, mereka hanya cukup memeliharanya saja.
Perbekel (Kepala Desa) Selemadeg Wayan Arsawikanta mengatakan, program pemeliharaan sapi melalui sistem ngadas ini sebenernya ada sejak tahun 2020 silam saat pemerintah mencanangkan program ketahanan pangan untuk mengentaskan kemiskinan.
Saat itu, pemerintah desa menyalurkan bantuan 14 ekor sapi kepada masyarakat. Ternyata, animo masyarakat untuk beternak sapi sangat tinggi sehingga pihaknya melalui dana desa memberikan bantuan modal kepada masyarakat dalam bentuk program ngadas ini.
“Sampai sekarang kami sudah memiliki 54 ekor sapi yang dipelihara oleh 40 kepala keluarga (KK). Ini semua sistem pemeliharaannya dengan sistem ngadas,” ujarnya, Rabu (8/5/2024)
Ia menjelaskan, melalui program ini, warga akan diberikan indukan sapi yang sudah siap beranak. Setelah dipelihara kurang lebih enam bulan, induk sapi akan melahirkan dan anaknya akan dijual.
“Dari hasil penjualan itu, 60 persen keuntungannya akan diberikan ke peternak dan dan 40 persen diberikan ke BUMdes,” ungkapnya.
Arsa mengaku, warga yang menerima program ini sebelumnya telah melalui survei kelayakan terlebih dahulu. Hal itu dilakukan untuk memastikan program ini diberikan kepada warga yang benar-benar layak.
“Maksimal satu orang peternakan diberikan dua ekor sapi dan sesuai aturan yang telah dibuat, setelah sapi tersebut beranak 10 kali maka nantinya induk akan dikembalikan ke BUMDes,” ucapnya.
Sejak berjalannya program ini selama kurang lebih empat tahun, Arsa mengaku kendala yang dihadapi yakni adanya sapi yang tidak bisa hamil sehingga harus dilakukan kawin suntik.
“Ada dua ekor yang sampai sekarang tidak mau bunting (hamil). Kami sudah laporkan ke dinas terkait untuk meminta solusi. Namun hingga saat ini belum bisa dilakukan kawin suntik. Rencananya kami akan jual untuk ditukar dengan sapi lain,” ucapnya.
Arsa menambahkan, program ini lebih diutamakan untuk warga kurang mampu di desanya. Sehingga melalui program ini, perekonomian warga bisa terbantu. Apalagi harga anakan sapi saat ini cukup mahal khususnya saat menjelang hari raya Idul Adha.
“Anak sapi umur 6 bulan sejak lahir, sudah siap jual. Harganya berada di kisaran Rp4,5 juta untuk betina dan Rp6 juta untuk jantan,” imbuhnya. (ana)