Mesuryak, Tradisi Antar Roh Leluhur ke Sunia Loka saat Kuningan

Tradisi Mesuryak di Banjar Adat Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.
Tradisi Mesuryak di Banjar Adat Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Tradisi mesuryak menjadi tradisi turun temurun yang rutin dilaksanakan warga di Banjar Adat Bongan Gede, Desa Bongan, Kecamatan Tabanan saat perayaan hari suci Kuningan.

Dalam tradisi ini, masyarakat mulai dari anak-anak hingga dewasa saling berebut uang setelah melakukan persembahyangan di depan pintu masuk utama rumah.

Kelian Banjar Adat Bongan Gede I Komang Suparman menjelaskan, makna dari tradisi Mesuryak sendiri adalah mengantarkan para leluhur kembali ke sunia loka atau tempat bersemayam.

Sebab, warga meyakini para leluhur mereka kembali ke rumahnya masing-masing dan berkumpul saat hari suci Galungan hingga Kuningan.

“Dan hari ini kami mengantar para leluhur kembali ke sunia loka dengan kegembiraan,” ujar Suparman, Sabtu (12/8/2023).

Baca Juga:  Wujudkan Desa Harmonis dan Berkeadilan di Tabanan, 133 Bale Sabha Adhyaksa Diresmikan

Sebelum Mesuryak, warga akan melakukan persembahyangan di Merajan atau tempat suci keluarga besar. Satu kepala keluarga akan menghaturkan persembahan yang terdiri dari sandang, panganan hingga uang yang akan dibagikan saat Mesuryak.

Setelah melakukan persembahyangan di merajan, mereka akan melanjutkan persembahyangan di depan pintu masuk utama rumah sebagai bentuk melepas para leluhurnya kembali ke sunia loka.

Baca Juga:  Sejarah April Mop: Perayaan Hari Penuh Lelucon dan Kejutan

Kemudian, aneka persembahan termasuk uang tersebut akan dibagi-bagikan kepada anggota keluarga dengan berebutan.

“Tidak ada batasannya berapa uang yang harus disediakan. Sebetulnya bukan hanya uang yang bisa dibagikan, buah-buahan dan jajan-jananan juga bisa. Tetapi, lebih banyak yang mengejar sesari berupa uang,” kata Suparman.

Perserta Mesuryak tidak hanya dari anggota keluarga, tetapi semua warga banjar boleh ikut berebut uang yang dilontarkan ke atas. Uang yang dibagikan biasanya berupa pecahan seribu hingga seratus rupiah.

Momen berebut uang inilah yang paling banyak dinantikan sejak upacara di masing-masing pura keluarga digelar di pagi hingga menjelang tengah hari.

Baca Juga:  Tradisi Idul Fitri di Indonesia, Dari Mudik Hingga Takbiran

“Semua warga banjar juga boleh ikut karena sama-sama dianggap sebagai keluarga. Melontarkan uang ke atas ini juga dimaksudkan sebagai punia atau sedekah,” jelasnya.

Suparman menyebut, tidak ada yang mengetahui pasti kapan tradisi Mesuryak ini ada dan berkembang di desanya.

“Kapan pastinya tradisi ini, kami tidak mengetahuinya karena tidak ada sumber sejarah tertulis. Kami di sini hanya mewarisi tradisi ini tiap Kuningan,” imbuhnya. (ana)