DENPASAR – Pantaubali.com – Membangun pariwisata Bali pasca pandemik bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu, implementasi protokol kesehatan penting dilakukan terutama dalam kondisi saat ini. Maka dari itu menurut, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati,Dalam National Web Seminal yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia Perwakilan Bali, Kamis,(4/6) di Renon, Denpasar mengatakan, seperti salah satu komponen dalam protokol kesehatan yaitu dengan metode transaksi non-tunai.
Hal tersebut penting untuk dilakukan karena, dua alasan. Pertama, uang tunai dapat menjadi media penyebaran virus yang harus kita hentikan. Serta yang Kedua, transaksi non-tunai sebenarnya merupakan metode transaksi yang efektif dan aman.
“Ini merupakan momentum yang baik bagi kita untuk mulai menggalakkan gerakan masyarakat non-tunai (Cashless Society),” cetusnya.
Pemberlakuan transaksi non-tunai tentu memiliki tantangan tersendiri. Masyarakat Bali saat ini masih belum terlalu fasih menggunakan alat pembayaran digital.
“Mengubah pola perilaku masyarakat membutuhkan suatu pembiasaan yang dapat didorong dengan kemudahan dan manfaat bertransaksi digital,” katanya.
Menurut Dirinya,hadirnya Bank Indonesia dengan QRIS atau Quick Response Indonesian Standard. Sistem ini diharapkan mampu mengatasi persoalan ini dengan menyamakan sistem e-money di Indonesia.
“Bali tidak saja dapat menjadi pelopor dalam penggunaan transaksi non-tunai, tetapi juga unggul dalam pengembangan inovasi dan penerapan teknologi informasi digital,” harapnya.