Kesurupan Tidak Berakhir ” Bupati Laksanakan Upakara Guru Piduka “

Pantaubali.com – Tabanan – Bupati Tabanan, Ni Putu Eka Wiryastuti menggelar ritual Guru Piduka di Pura Tanah Lot, Tabanan, Kamis (23/08/2018).

Menurutnya, ritual tersebut sebagai ucapan terimakasih dan permohonan maaf pasca pagelaran Tari Rejang Sandat Ratu Segara yang melibatkan 1800 penari di Tanah Lot, belum lama ini.

“Prosesi ini sebagai bentuk fuji syukur kehadapan Beliau, karena sesolahan memargi antar (tarian berjalan dengan baik, red), selamat rahayu tampil dengan baik” ujarnya Bupati Eka setelah dirinya melakukan sembahyang sekaligus melukat di Pura Luhur Tanah Lot.

Baca Juga:  Sanjaya Bersama Keluarga Nyoblos di TPS 005 Banjar Dauh Pala

Lebih lanjut mengatakan, ritual tersebut juga untuk memohon pamit bagi para penari, karena saa selesai tari tersebut diadakan, ada yang belum sempat pamit.
Sehingga, pihaknya secara global mewakili permohonan tersebut. Dimana dalam ritual ini, juga dihadiri oleh para kepala sekolah, camat, serta yang lainnya.
“Kami langsung nunas pekulun dan melukat. Saya pun tadi juga melukat,” ujarnya seraya mengatakan, karya agung tersebut sudah berjalan dengan baik.

Sementara terkait guru piduka, Bupati Eka menjelaskan, di setiap upakara besar keagamaan (tidak hanya saat pagelaran tari rejang, red), pasti digelar upakara tersebut. Karena, upakara ini sebagai bentuk permohonan maaf membuat kesalahan secara tidak disengaja.

Baca Juga:  Band Gigi Hingga SID Sukses Meriahkan Malam Puncak HUT Kota Singasana Tabanan ke-531

“Mungkin saja ada dari panitia ada yang bicara tidak benar atau penari yang cuntaka (kotor kain, red) ikut nari, sehingga saya memohon maaf kehadapan beliau, semoga rahayu, selamat, dan bersih, itu aja,” sebutnya.

Sedangkan terkait penari yang kesurupan, menurut Bupati Eka, hal tersebut juga disebabkan unsur x (bebainan) kena unsur positif dari tarian sakral tersebut menyebabkan unsur negative keluar dari tubuh si penari.

Baca Juga:  De Gadjah Menang Menang Telak di TPS-nya, Raup 263 Suara

“Ini juga disebabkan karena penari ada yang cuntaka, akan tetapi mereka ingin sekali menari, mengingat persiapan selama empat bulan untuk ikut menari. Mereka ingin ikut ngayah dan tampil. Ya kita juga harus pahami itu,” jelasnya.

Selain itu, paparnya, juga ada penari yang tidak mepamit setelah pementasan tersebut selesai. Para penari pulang begitu saja karena ada temannya yang kesurupan. “Dan yang terakhir, memang ada yang kepingit atau dasarnya memang disenangi yang artinya calon-calon yang akan ikut ngayah,” sebutnya.