PANTAUBALI.COM, TABANAN – Kabupaten Tabanan, Bali, tidak hanya dikenal dengan tradisi agrarisnya, tetapi juga memiliki berbagai kearifan lokal yang masih dijalankan hingga kini.
Salah satu tradisi yang tetap lestari adalah Ngenyit Linting atau menyalakan pelita. Tradisi ini masih tetap dilakukan oleh masyarakat di beberapa desa di wilayah Kabupaten Tabanan saat Hari Raya Galungan pada waktu sandikala.
Linting yang digunakan dalam tradisi ini dibuat dari kapas yang dililitkan pada sebatang lidi, kemudian dicelup minyak kelapa sebelum dinyalakan. Linting tersebut diletakkan di beberapa titik di sekitar pekarangan rumah, seperti di depan pelinggih maupun di depan rumah.
Menurut Bendesa Adat Tunjuk I Made Nawa yang menjalankan tradisi ini setiap Galungan, menyebut tradisi tersebut sudah diwariskan secara turun-temurun. Masyarakat percaya para leluhur datang pada Hari Raya Galungan dan kembali ke Nirwana pada malam harinya.
“Linting yang dinyalakan menjadi simbol penerangan untuk menghantarkan leluhur kembali ke Nirwana,” jelasnya.
Nawa menjelaskan, tidak ada ketentuan khusus mengenai jumlah linting yang harus dipasang. Yang terpenting, pelita tersebut ditancapkan di depan pelinggih sebagai bentuk penghormatan.
Masyarakat percaya jika meninggalkan tradisi ini dapat mendatangkan kebrebehan atau bencana, seperti wabah penyakit atau serangan hama.
“Selama ini kami selalu melaksanakannya. Tidak pernah tidak,” tegas Nawa. (ana)

































