Warga Banjar Sayan Delodan Rayakan Kemerdekaan dengan Berbagi Sembako

Warga Sayan Delodan, Desa Werdi Bhuana, Mengwi, Badung, memilih merayakan kemerdekaan dengan cara bagi-bagi sembako.
Warga Sayan Delodan, Desa Werdi Bhuana, Mengwi, Badung, memilih merayakan kemerdekaan dengan cara bagi-bagi sembako.

PANTAUBALI.COM, BADUNG – Ketika banyak desa meriah dengan euforia lomba tujuh belasan, warga Sayan Delodan, Desa Werdi Bhuana, Mengwi, Badung, memilih merayakan kemerdekaan dengan cara berbeda.

Bagi mereka, hadiah kemerdekaan terbaik bukanlah piala atau doorprize, melainkan kepedulian yang sampai ke tangan mereka yang sering terlupakan.

Bukan sekadar hingar-bingar lomba tarik tambang atau gegap gempita panggung hiburan, warga memilih menjadikan momen ini sebagai ajang menyalurkan syukur.

Syukur yang diwujudkan dengan berbagi kepada mereka yang kerap berada di pinggiran sorotan, penyandang disabilitas, penderita sakit menahun dan lainnya.

“Bakti sosial ini adalah wujud rasa syukur. Kami ingin perayaan kemerdekaan tidak hanya berhenti pada pesta, tapi juga memberi manfaat nyata,” kata Kelian Banjar Dinas Sayan Delodan I Nyoman Gus Hariwibawa.

Baca Juga:  Tim Tenis Beregu Putra Korpri Badung Raih Emas di Turnamen Korpri se-Bali

Tokoh masyarakat, I Made Bangur, menjadi motor penggerak. Dari tangan para donatur, terkumpul 57 paket sembako bernilai Rp500 ribu per paket, yang langsung disalurkan kepada warga disabilitas dan penderita sakit menahun. Totalnya Rp28,5 juta.

Tak berhenti di sana, seluruh kepala keluarga di banjar juga mendapat jatah beras masing-masing 5 kilogram, 345 paket, termasuk lima untuk petugas kebersihan.

Baca Juga:  Driver Ojol Meninggal Mendadak Usai Antar Penumpang, Senyum Terakhir Jadi Kenangan

Nilainya Rp24,49 juta. Ada pula 600 bungkus nasi kuning, air mineral 15 dus, hingga honor untuk instruktur senam sehat dan artis Bali lokal yang memeriahkan panggung hiburan.

Anggaran kecil, tapi bermakna, nasi kuning Rp3,6 juta, air mineral Rp525 ribu, instruktur senam Rp250 ribu, artis Rp500 ribu. Bahkan dekorasi merah putih pun dicatat, senilai Rp1 juta.

Baca Juga:  Tiba di Bali, Gadis Ukraina Diciduk di Bandara Bawa 2 Kg Narkoba Jenis Baru

Jika dijumlahkan, perayaan sederhana tapi sarat makna ini menghabiskan Rp58,79 juta. Seluruhnya berasal dari sumbangan pelaku usaha lokal dan partisipasi warga. Angka yang mungkin terbilang besar bagi sebuah banjar, tapi nilainya tak bisa dibandingkan dengan rasa kebersamaan yang muncul.

“Semangat gotong royong ini adalah warisan kemerdekaan yang harus terus dijaga,” tegas Gus Hariwibawa. (*)