Makna Sesungguhnya Sugihan Jawa dan Sugihan Bali Bagi Umat Hindu

Umah Hindu melaksanakan persembahyangan di Pura Besakih.
Umah Hindu melaksanakan persembahyangan di Pura Besakih.

PANTAUBALI.COM – Setiap enam bulan sekali, Umat Hindu akan kembali menyambut Hari Raya Suci Galungan dan Kuningan. Sebelum itu, ada rangkaian hari suci lain yang harus diperingati. Salah satunya adalah Sugihan Jawa dan Sugihan Bali.

Sugihan Jawa jatuh pada Wrhaspati atau Kamis Wage Wuku Sungsang, sedangkan Sugihan Bali diperingati sehari setelahnya yakni pada Jumat Kliwon Wuku Sungsang.

Biasanya dalam peringatan kedua hari suci tersebut, Umat Hindu akan melakukan kegiatan persembahyangan dengan mengaturkan banten yang tujuannya pembersihan terhadap pelinggih-pelinggih seperti di pura, merajan, dan di lingkungan sekitar rumah.

Baca Juga:  Spektakuler! Pawai Budaya HUT Gianyar ke-254 Tampilkan Pesona Mistis "Batan Merem"

Dalam kutipan lontar Sundarigama, Sugihan Jawa merupakan hari suci untuk para Bhatara dengan melakukan rerebu di sanggah dan parahyangan yang disertai pengraratan dan pembersihan untuk Bhatara dengan kembang wangi.

Rerebu ini bertujuan untuk menetralkan kekuatan negatif di alam semesta atau Bhuwana Agung. Karena saat Sugihan Jawa diyakini Bhatara akan turun ke dunia dengan diiringi para Dewa Pitara untuk persembahan hingga Hari Suci Galungan nantinya.

Baca Juga:  Spektakuler! Pawai Budaya HUT Gianyar ke-254 Tampilkan Pesona Mistis "Batan Merem"

Sehari setelah hari suci Sugihan Jawa disebut dengan Sugihan Bali. Dalam bahasa sansekerta, ‘Sugihan’ artinya membersihkan dan ‘Bali’ artinya kekuatan dalam diri. Maka dari itu, Sugihan Bali dapat diartikan sebagai hari penyucian diri atau Bhuana Alit, baik itu secara sekala maupun niskala.

Dalam Sundarigama, Sugihan Bali merupakan hari suci bagi umat manusia. Sama seperti pemaknaannya,  Sugihan Bali menjadi hari penyucian untuk diri manusia secara lahir batin untuk menyambut Hari Raya Galungan, yang dirayakan sebagai hari kemenangan Dharma melawan Adharma.

Baca Juga:  Spektakuler! Pawai Budaya HUT Gianyar ke-254 Tampilkan Pesona Mistis "Batan Merem"

Namun perlu diingat, dalam pelaksanaan prosesi Sugihan Jawa dan Bali khususnya di Pulau Dewata, disesuaikan dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan) sehingga perayaannya bisa berbeda antara satu wilayah dengan yang lainnya. (ana)