PANTAUBALI.COM, BADUNG – Kasus kematian Yanto (38), pria asal Jember, yang tewas setelah melompat dari Jembatan Villa Ayung di Desa Sibanggede, Abiansemal, Badung, Bali, kini memasuki tahap perdamaian antara pihak keluarga korban dan pelaku.
Peristiwa yang terjadi pada Sabtu, 21 September 2024, bermula saat korban dikejar oleh sekelompok geng motor. Dalam kondisi terdesak, Yanto melompat dari jembatan untuk menghindari pengeroyokan, namun jatuh ke bebatuan di bawahnya dan meninggal dunia.
Kasat Reskrim Polres Badung, AKP Muhamad Said Husen, mengungkapkan bahwa 18 pelajar yang terlibat dalam pengejaran dan pengeroyokan tersebut telah menjalani pemeriksaan.
“Saat ini, pihak keluarga korban dan pelaku sedang menyusun surat perjanjian perdamaian,” ujarnya pada Senin, 11 November 2024.
Sebagai bagian dari upaya perdamaian, keluarga pelaku juga menawarkan kompensasi kepada pihak keluarga korban sebagai tanda belasungkawa. Insiden tersebut dipicu oleh tatapan yang terjadi antara korban dan anggota geng motor saat bertemu di Pertigaan Darmasaba. Ketegangan meningkat, memicu aksi saling sahut dan akhirnya berujung pada pengejaran hingga Jembatan Villa Ayung.
Meski korban berusaha melarikan diri, rekan-rekannya, M Anton Munif (35) dan Gunawan (34), yang ikut dalam insiden tersebut, berhasil menghindar dan kembali mencari Yanto. Sayangnya, mereka menemukan Yanto sudah dalam keadaan tak bernyawa.
Kematian Yanto memicu keprihatinan masyarakat Bali, yang semakin resah dengan aksi geng motor yang semakin meresahkan. Proses perdamaian yang tengah berlangsung diharapkan dapat membawa penyelesaian yang baik bagi kedua belah pihak. (sm)