PANTAUBALI.COM, TABANAN – Desa Bengkel, yang terkenal dengan tradisi Subaknya, kini mendapat pengakuan internasional dari UNESCO sebagai Ecohydrology Demonstration Site.
Peresmian ini dilakukan pada hari Kamis (23/5/2024) dan disambut meriah di Wantilan Desa Bengkel, Kecamatan Kediri, Tabanan. Acara ini menandai komitmen Pemerintah Kabupaten Tabanan dalam menjaga dan mengembangkan kearifan lokal sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan sektor pertanian di daerah ini.
Peresmian ini dihadiri oleh Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya, S.E., M.M., bersama dengan pimpinan tinggi dari UNESCO, para delegasi dari World Water Forum, dan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, Prof. Nazaruddin Malik. Hadir pula Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda, jajaran OPD, serta para stakeholder termasuk KTNA dan Sabantara Pekaseh.
Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, I Made Dirga mengatakan, pihaknya berharap Subak Bengkel yang kini diakui sebagai Ecohydrology Demonstration Site oleh UNESCO dapat menjadi pusat pembelajaran yang inspiratif bagi generasi muda
“Melalui pengembangan ini, kami berharap dapat membangkitkan minat mereka untuk melanjutkan dan memperkuat tradisi pertanian berkelanjutan, serta mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan. Dengan demikian, kami yakin Subak Bengkel akan tetap menjadi kebanggaan dan warisan budaya yang kita jaga bersama,” ucapnya.
Sementara itu, Bupati Sanjaya menyampaikan rasa bangganya atas pengakuan internasional yang diterima oleh Subak Bengkel sebagai Ecohydrology Demonstration Site.
“Saya berharap keberhasilan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Bengkel, tetapi juga menjadi momentum untuk menjaga keberlanjutan sistem pertanian tradisional dan menerapkan teknologi ramah lingkungan,” ujarnya.
Pimpinan Tinggi UNESCO, Rahmah Ellfithri, turut menyampaikan apresiasi atas upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tabanan dan Universitas Muhammadiyah Malang dalam memajukan Ecohydrology Demonstration Site di Tabanan.
“Pengakuan ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat dalam melestarikan sumber daya air dan budaya lokal,” katanya. (ana)