Ekspor Vanili ke Eropa, Petani Vanili Bali Tabanan Terkendala Permodalan

Pengelola Rumah Produksi Putu Dirga dan produk vanili kering dari rumah produksi pengolahan vanili yang berlokasi di Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga, Tabanan.
Pengelola Rumah Produksi Putu Dirga dan produk vanili kering dari rumah produksi pengolahan vanili yang berlokasi di Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga, Tabanan.

PANTAUBALI.COM, TABANAN – Produk vanili kering dari rumah produksi pengolahan vanili yang berlokasi di Desa Tegal Jadi, Kecamatan Marga, Tabanan mampu diekspor ke beberapa negara di Eropa.

Pengelola Rumah Produksi Putu Dirga mengatakan, saat ini di Bali Vanilla Beans sudah mampu mengolah sebanyak 2,5 ton basah atau hasil panen dari petani per tahun yang diolah secara manual.

“Yang saat ini sudah bisa kami kondisikan sebanyak 2,5 ton per tahun. Itu semua adalah vanili yang dihasilkan oleh anggota kelompok yang berasal dari seluruh Bali. Saat ini jumlah anggota Kelompok Semeton Petani Vanili Bali mencapai 150 orang,” jelasnya, Sabtu (26/8/2023).

Baca Juga:  Cawabup Sengap Soroti Infrastruktur Jalan Antosari-Sanda Pupuan Terabaikan

Kemudian, jumlah produksi yang mampu dihasilkan selama satu kali masa panen bisa lebih dari 10 kilogram untuk vanili grade A dengan panjang 18 cm. Untuk vanili grade B hasilnya bisa lebih diatas 10 kilogram atau tergantung kualitas dari kualitas vanili hasil panen yang diterima dari para petani.

“Harga jualnya per kilogram vanili kering grade A seharga Rp2,5 juta per kilogram,” kata Dirga

Ia mengaku, untuk pemasaran saat ini hanya sebatas pasar Eropa saja, seperti Belanda, Jerman, Rusia, Prancis dan beberapa negara di kawasan Eropa bagian timur.

“Itupun melalui wisatwan yang datang ke Bali dan memang ingin membeli vanila untuk oleh-oleh atau untuk dijual lagi di negaranya,” ungkapnya.

Baca Juga:  Jelang Masa Tenang Pilkada 2024, KPU Tabanan akan Turunkan APK Melanggar Aturan

Dirga mengaku, meskipun harga vanili kering mencapai angka Rp 2,5 juta per kilogram, tetapi sampai saat ini pihaknya masih mengalami Beberapa kendala untuk mengembangkan produksi vanili ini. Salah satunya adalah kendala permodalan dan ketersediaan teknologi pengolahan pasca panen.

Untuk modal memerlukan modal yang cukup besar per tahunnya. Jika dikalkulasikan dalam satu tahun pihaknya harus memiliki uang sebesar Rp500 juta untuk membeli 2,5 ton vanili dari petani dengan harga per kilogram vanili basah mencapai Rp200 ribu.

Baca Juga:  Gedung Sekolah Rusak Berat dan Rawan Longsor, Komisi II Minta Dinas Segera Perbaiki SDN 1 Geluntung

Kendala lain yang dihadapinya adalah proses pengolahan pasca panen vanili untuk menjadi produk turunan lainnya.

“Untuk mengolah menjadi produk turunan ini, kami memerlukan alat yang harganya cukup mahal, sehingga sampai saat ini kami belum bisa membuat produk turunan dari vanilla Bean ini,” imbuhnya. (ana)