HUT Kota Tabanan ” Gedung Mario dan Harapan Cerahnya Kehidupan Berkesenian di Bumi Lumbung Beras Bali “

Gedung Kesenian I Ketut Maria

Tabanan – Pantaubali.com – Kamis, 29 November 2018 yang baru saja berlalu, adalah hari ulang tahun Kota Tabanan yang ke 525. Pada ulang tahunnya kali ini, ada dua tonggak sejarah baru bagi Tabanan diluar kemeriahan pesta pora menyambut HUT kota ini yang digelar secara dimasing-masing kecamatannya.

Dua tonggak bersejarah yang telah diwujudkan oleh Pemkab Tabanan dengan visi Tabanan Serasi tersebut adalah dengan tampilan wajah baru gedung kesenian I Ketut Mario dan keberadaan serta telah difungsikannya panggung Garuda Wisnu Serasi. Dengan wajah baru gedung Mario yang posisinya hanya dipisahkan jalan Tabanan-Batukaru dengan panggung Garuda Wisnu Serasi, bagi penulis adalah sebuah hasil kongkrit pemerintahan Bupati Tabanan Ni Putu Eka Wiryastuti dengan Wakil Bupati Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE.,MM., serta tentunya pula bersama seluruh komponen masyarakatnya dalam mewujudkan pembangunan Tabanan yang sesuai dengan visi Tabanan Serasi-nya.

Panggung Kesenian Garuda Wisnu Serasi

Berbicara gedung Mario dan panggung Garuda Wisnu Kencana, tentu kemudian tidak terlepas dari kehidupan masyarakat Tabanan yang begitu dekat dengan berkesenian. Dalam kesejarahannya, I Ketut Mario yang namanya diabadikan sebagai nama gedung kebanggaan masyarakat Tabanan tersebut adalah maestro seni tari legendaris Tabanan. Kehidupan berkesenian masyarakat Tabanan sendiri tentu tidak hanya dalam bidang tari. Seni lainnya seperti seni tabuh, drama tari, ukir, patung dan beragam jenis tari lainnya selalu berkembang dalam setiap dekadenya.

Baca Juga:  2025, Tabanan Terima Dana Desa Rp122 Miliar

Masih dalam kedekatan masyarakat Tabanan yang dikenal sebagai masyarakat agraris dengan kehidupan berkesenian juga terlihat dari diwarisinya kesenian barong. Terkait dengan hal ini penulis teringat dengan sebuah diskusi kecil bersama orang nomer dua di Tabanan saat ini, Dr. I Komang Gede Sanjaya, SE.MM yang menyebutkan bahwa Tabanan sejatinya mewarisi puluhan jenis barong selain barong bangkal ataupun barong ket yang umum ada saat ini. Bukti dari adanya warisan puluhan jenis barong di Tabanan ini bisa dibuktikan dengan adanya barong-barong yang disucikan diberbagai banjar ataupun desa pakraman yang dalam waktu-waktu tertentu “lunga” dan “parum” di Pura Luhur Natar Sari dan Pura Luhur Pucak Padang Dawa. Kedua khayangan yang diyakini sebagai stana Ida Bethara Siwa Pasupati ini berlokasi di Kecamatan Baturiti, Tabanan.

Kembali kepada kemegahan kini gedung Mario bersama “adiknya” yang baru lahir yakni panggung Garuda Wisnu Serasi tentu kedepan akan menjadi dua kekayaan monumental Tabanan. Monumentalnya tentu kemudian tidak hanya cukup dibangun dengan biaya tinggi dan bentuk yang megah saja. Keduanya kemudian wajib diberi nafas aktivitas riil dan tentu saja bermanfaat bagi berbudaya.

Baca Juga:  Pasien DBD di RSUD Singasana Meningkat saat Musim Hujan

Kemudian, dalam memberi nafas bagi gedung Mario dan panggung Garuda Wisnu Serasi tentu bukanlah persoalan sulit bagi Tabanan. Mengingat, sebagai daerah agraris Tabanan juga merupakan daerah seni. Ini terlihat dari cukup banyaknya tumbuh sanggar – sanggar seni di Tabanan. Hanya, Pemkab Tabanan melalui instansi terkait harus mampu menyediakan agenda-agenda pentas kesenian rakyat pada dua gedung tersebut. Tentunya pula dengan memberikan rangsangan-rangsangan kepada seniman Tabanan untuk berkarya dan mementaskan karyanya pada dua gedung tadi.

Nah, ketika para seniman mau berkarya dan mementaskan karyanya, ini tentu akan menjadikan suasana kota Tabanan menjadi hidup dan adanya ruang hiburan masyarakat. Mengingat keberadaan pasar senggol Tabanan hingga saat ini hanya menjadi area jual beli semata dan mirisnnya minim pedagang lokal. Dengan sering atau rutinnya digelar kegiatan seni, maka gedung Mario dan panggung Garuda Wisnu Kencana pasti akan mampu menjadi daya tarik untuk tumbuhnya ruang-ruang ekonomi. Seperti penjualan kuliner misalnya. Tentu saja, ruang-ruang ekonomi yang tumbuh nanti harus terkelola secara baik, mengepankan nilai kelokalan dan tentunya pula senafas dengan bentuk fisik gedung Mario dengan wajah barunya ataupun serasi dengan artistiknya panggung Garuda Wisnu Serasi.

Pada akhirnya penulis harus kembali meminjam semangat yang senantiasa digaungkan oleh Wabup Tabanan, yakni : Bangga Jadi Orang Tabanan. Ya, semangat itu sangat tepat dan selalu tepat sampai kapanpun. Termasuk dengan wajah baru gedung Mario dan keberadaan panggung Garuda Wisnu Serasi. Bahwa untuk menafasi kedua bangunan megah tersebut seluruh komponen Tabanan mesti berbangga. Bangga karena kedua bangunan itu adalah sebuah bukti Pemkab Tabanan telah berjuang nyata untuk menjadikan seni dan berkesenian serta pelestarian budaya sebagai bagian yang sangat penting dalam mengisi pembangunan. Ini harus disambut pula oleh seluruh komponen masyarakatnya untuk berbangga dalam berkarya. Berkarya yang tentunya berbudaya dan dalam semangat bangga jadi orang Tabanan.

Seperti apa? Sederhana saja, cukup bekerja dengan nyata. Bukan hanya hebat mengkritik setiap kebijakan atau program pemerintah melalui media sosial. Parahnya, kritik-kritik tersebut hanya hebat dalam kritik saja namun ompong solusi. Sebab, pembangunan dimanapun tentu tidak akan mulus kalau kontribusi masyarakatnya hanya kritik pedas tanpa solusi yang selaras. Ringkasnya membangun Tabanan kedepan semestinya berwacana dengan bekerja, bukan sebaliknya: bekerja dengan hanya berwacana.
Selamat ulang tahun kota Tabanan ke 525.
Bangga jadi orang Tabanan.

Baca Juga:  Bule Ukraina Terlantar di Pantai Yeh Gangga Selama 5 Hari, Sempat Resahkan Warga dan Diserahkan Ke Imigrasi
Penulis Ngurah Arthadana

Penulis: Wartawan media online www.pantaubali.com, Penyarikan Agung Forsuta, tinggal di Tabanan