DENPASAR – Pantaubali.com – Ketua TP PKK Provinsi Bali Ny. Putri Koster berkesempatan menjadi salah satu narasumber dalam Talkshow BKKBN Bali dengan tema Peran Keluarga dan remaja dalam Pencegahan dan Percepatan Penurunan Stunting di Provinsi Bali bertempat di Studio Bali TV, Denpasar pada Jumat (Sukra Umanis Langkir), 24 Juni 2022.
Dalam acara yang turut juga dihadiri oleh Kepala BKKBN Provinsi Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih dan Duta Genre Provinsi Bali tahun 2021 Marssel Bagia serta dipandu oleh moderator Made Sukadana Karang, Ny. Putri Koster mengingatkan pentingnya gaya hidup sehat untuk mencegah stunting sejak dini.
“Kita bisa mulai dari diri sendiri dulu, terutama untuk kalangan remaja. Jika melaksanakan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat-red) terlebih dahulu itu akan berdampak positif untuk jangka Panjang dan juga memberikan efek positif untuk keturunan kelak,” ujarnya.
Berikutnya ia melanjutkan jika peranan orang tua sangat diperlukan terutama dalam pemenuhan gizi seimbang sejak dini kepada anggota keluarga.
“Para orang tua juga bisa membekali putra putri mereka yang masih remaja untuk mengambil peranan dalam upaya pencegahan stunting bagi keturunan mereka kelak,” imbuhnya.
Wanita yang dikenal sebagai seniman serba bisa ini juga mengatakan bahwa keberlangsungan bangsa dan negara ke depan bergantung pada generasi penerus yang tidak hanya sehat fisik dan rohani, namun juga berakhlak serta cerdas. Dan fenomena stunting merupakan penghambat tujuan tersebut.
Ia menyatakan, meskipun Bali mendapat predikat angka terendah stunting secara nasional, namun semua pihak tidak boleh lengah. Semua stakeholder harus bahu membahu menghapus stunting di Bali.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri karena butuh peranan semua pihak. Pemerintah mungkin bisa mengeluarkan skema dan rencana pencegahan, namun tetap ujung tombak pencegahan stunting ada di masyarakat terutama keluarga,” bebernya.
Lebih lanjut, pendamping orang nomor satu di Bali ini menyatakan bahwa TP PKK Prov Bali mempunyai program yang bisa dibagi menjadi dua yaitu sosialisasi dan aksi sosial. Dalam program sosialisasi menurutnya menjadi ajang penyebaran informasi tentang bahaya stunting serta kiat-kiat mencegah stunting, sedangkan aksi sosial PKK langsung terjun memberikan bantuan kepada masyarakat, terutama kepada bayi, balita dan Ibu Hamil demi mencegah stunting.
Sementara Ketua BKKBN Provinsi Bali dr. Ni Luh Gede Sukardiasih mengatakan jika indikator kesehatan untuk anak-anak adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita, berikutnya angka stunting. Ia menjelaskan bahwa stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak yang terjadi sejak masih dalam kandungan.
“Pertumbuhan meliputi bertambahnya ukuran anak secara fisik, sementara perkembangan berkaitan dengan perubahan kognitif berupa bertambah pintar dan spiritual. Jadi stunting adalah gangguan pertumbuhan fisik dan mental,” jelasnya.
Ia sepakat dengan Ny. Putri Koster jika pencegahan stunting bisa dilakukan sejak dini, dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
“Jika kebiasaan itu sudah ada minimal sejak remaja, tentu itu berguna jika kelak kita sudah menjadi Ibu,” imbuhnya.
Ia juga sepakat jika pencegahan stunting bukan hanya ranah kesehatan semata, namun menjadi tanggung jawab Bersama. Karena penyebab stunting adalah multifaktor, sehingga stakeholder yang menangani juga harus lintas sektor, tak terkecuali masyarakat itu sendiri.
Duta Genre Provinsi Bali 2021 Marssel mengatakan bahwa Duta Genre adalah Duta Generasi Berencana dibawah naungan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). BKKBN sebagai salah satu lembaga pemerintah non kementerian yang memiliki tugas tentang kependudukan dan menyiapkan keluarga berkualitas mengadakan pemilihan Duta Genre ini untuk remaja.
Adapun berbagai kegiatan menurutnya yang telah dilakukan untuk mencegah angka stunting seperti sosialisasi yang dilaksanakan langsung maupun melalui webinar. Ia pun mengaku pihaknya terus mengedukasi para remaja untuk terus mengaplikasikan gaya hidup sehat, seperti makan makanan dengan gizi seimbang dan sesuai kebutuhan serta berolahraga.
“Kita tahu kebiasaan para remaja saat ini yang suka makan junk food atau malas bergerak karena sudah asik dengan gadget. Kita berusaha mengedukasi mereka. Karena seperti yang kita ketahui bahwa stunting tidak hanya tergantung dengan kondisi saat bayi masih dalam kandungan. Namun kondisi kesehatan orang tua, bahkan kondisi kesehatan calon orang tua saat mereka masih remaja juga sangat menentukan,” tandasnya.(Rilis)