Cuaca Dingin Akhir-Akhir ini di Jawa-Bali-Nusa Tenggara, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Ilustrasi - cuaca di wilayah pegunungan Batur, Kintamani, Bangli, Bali.
Ilustrasi - cuaca di wilayah pegunungan Batur, Kintamani, Bangli, Bali.

PANTAUBALI.COM, NASIONAL – Akhir-akhir ini, masyarakat di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, merasakan suhu udara yang lebih dingin dari biasanya.

Banyak yang mengaitkannya dengan fenomena Aphelion. Fenomena astronomi ini terjadi ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbit tahunannya.

Peristiwa ini biasanya terjadi setiap bulan Juli. Namun, dilansir dari akun Instagram resmi BMKG @infobmkg pada Jumat (11/7/2025) dijelaskan bahwa udara dingin belakangan ini tidak disebabkan oleh Aphelion melainkan disebabkan oleh tiga faktor cuaca.

Baca Juga:  Waspada Cuaca Ekstrem, BMKG Minta Transportasi Darat, Laut, dan Udara Siaga

Pertama, mulai memasuki musim kemarau, yang ditandai dengan dominasi angin timuran (Monsoon Australia) yang bersifat kering dan dingin.

Kedua, langit cerah yang mempercepat pelepasan panas dari permukaan bumi ke atmosfer saat malam hari. Ketiga, hujan yang masih terjadi di beberapa wilayah turut menambah rasa dingin karena membawa massa udara dingin dari awan ke permukaan dan menghalangi pemanasan sinar matahari.

Cuaca dingin yang dirasakan masyarakat Indonesia, khususnya di wilayah selatan khatulistiwa seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara, sebenarnya merupakan hal yang wajar dan terjadi setiap musim kemarau, yakni sekitar bulan Juli hingga September,” tulis postingan @infobmkg.

BMKG juga menegaskan, Aphelion adalah fenomena rutin yang terjadi setiap tahun dan tidak perlu menimbulkan kekhawatiran. Tidak ada bukti bahwa fenomena ini menyebabkan gangguan cuaca ekstrem di Indonesia. Penurunan suhu saat ini lebih dipengaruhi oleh pola angin muson timur daripada jarak Bumi-Matahari.

Baca Juga:  Dua Jenazah Diduga Korban KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan di Selatan Selat Bali

Dalam menghadapi beredarnya berbagai informasi cuaca yang simpang siur di media sosial, BMKG mengimbau masyarakat untuk tdak langsung percaya pada informasi yang viral tanpa sumber resmi.

Jangan menyebarkan hanya informasi terverifikasi, agar tidak memicu kepanikan. Kemudian, masyarakat harus mastikan kebenaran informasi melalui kanal resmi BMKG seperti: Situs: www.bmkg.go.id, Instagram: @infobmkg, serta Aplikasi resmi BMKG.

Baca Juga:  Tiga Jenazah Korban KMP Tunu Pratama Jaya Kembali Ditemukan

BMKG juga mengingatkan agar masyarakat tetap tenang dan siaga terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti suhu dingin, hujan lebat, angin kencang, dan gelombang tinggi. Pemahaman dan kesiapan menghadapi kondisi ini penting untuk keselamatan. (ana)