Makna Tumpek Krulut, Hari Valentine Versi Umat Hindu Bali

Ilustrasi peringatan Hari Tumpek Krulut bagi Umat Hindu di Bali.
Ilustrasi peringatan Hari Tumpek Krulut bagi Umat Hindu di Bali.

PANTAUBALI.COM – Setiap Sabtu Kliwon wuku Krulut, umat Hindu di Bali memperingati hari suci Tumpek Krulut. Selain hari suci yang biasanya diperingati dengan menghaturkan banten, hari ini juga sering disebut sebagai bentuk perayaan kasih sayang khas masyarakat Bali.

Berbeda dengan Hari Valentine yang identik dengan kegiatan romantis bersama pasangan, Tumpek Krulut mengajarkan cinta yang lebih universal, yaitu mencintai seluruh alam beserta isinya.

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, Prof. Dr. Drs. I Made Surada, MA, dosen dari Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, menjelaskan bahwa istilah “krulut” berasal dari kata “lulut” yang berarti kasih atau cinta (tresna). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika upacara ini sering disebut sebagai versi lokal dari Hari Valentine.

Baca Juga:  Pemprov Bali Anggarkan Rp115 Juta untuk Hadiah Bulan Bung Karno VII

Dalam pelaksanaannya, unsur suara memegang peranan penting. Suara, sebagai alat komunikasi utama antarmanusia, mengingatkan kita akan pentingnya saling memahami dan menghormati satu sama lain. Oleh sebab itu, perayaan Tumpek Krulut sering dijadikan momen refleksi untuk lebih menghargai sesama.

Secara spiritual, umat Hindu Bali mempersembahkan upacara ini kepada Dewa Iswara, yang dalam kepercayaan mereka dimanifestasikan melalui gamelan. Rangkaian prosesi biasanya diawali dengan penyucian alat gamelan menggunakan air suci guna membersihkan energi negatif yang mungkin melekat. Setelah itu, masyarakat mempersembahkan sesajen sebagai simbol penghormatan kepada Dewa Iswara.

Baca Juga:  Sejarah dan Makna Hari Lahir Pancasila yang Diperingati Setiap 1 Juni

Jenis-jenis sesajen yang dipersembahkan cukup beragam, antara lain ketupat, ajuman, tigasan, pengambean, dan peras.  Persembahan ini biasanya diletakkan di sekitar alat musik gamelan, dengan harapan agar bunyi yang dihasilkan tetap indah dan harmonis.

Yang tak kalah penting dari seluruh rangkaian upacara ini adalah ketulusan dalam menjalankannya. Sebab, ketulusan hati saat melaksanakan ritual dan memberikan persembahan merupakan wujud nyata dari rasa kasih sayang yang dimiliki oleh umat manusia. (ana)