Lestarikan Tradisi Adat dan Budaya Bali, Yowana Puri Agung Susut Adakan Lomba Ngelawar dan Gebogan

Yowana Puri Agung Susut menggelar Lomba Ngelawar dan Gebogan yang melibatkan Sekaa Teruna Teruni (STT) dari seluruh wilayah Desa Susut, Bangli pada Minggu, 18 Mei 2025, dan dipusatkan di Balai Banjar Susut Kaja.
Yowana Puri Agung Susut menggelar Lomba Ngelawar dan Gebogan yang melibatkan Sekaa Teruna Teruni (STT) dari seluruh wilayah Desa Susut, Bangli pada Minggu, 18 Mei 2025, dan dipusatkan di Balai Banjar Susut Kaja.

PANTAUBALI.COM, BANGLI – Yowana Puri Agung Susut menggelar Lomba Ngelawar dan Gebogan yang diikuti oleh Sekaa Teruna Teruni (STT) dari seluruh wilayah Desa Susut, Bangli.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Festival Amertha Sanjiwani yang untuk pertama kalinya diselenggarakan pada Minggu (18/5/2025) dan dipusatkan di Balai Banjar Susut Kaja.

Lomba ini melibatkan STT dari delapan desa adat di Desa Susut. Peserta lomba ngelawar terdiri dari kelompok laki-laki yang masing-masing beranggotakan lima orang, sementara lomba gebogan diikuti oleh kelompok perempuan yang terdiri dari tiga orang setiap tim.

Ketua Panitia sekaligus Manggalaning Pasemetonan Puri Agung Susut, Dewa Agung Eka Darma menjelaskan, kegiatan ini bertujuan mendorong generasi muda agar aktif dalam pelestarian adat dan budaya Bali.

“Selain itu, kegiatan ini juga sebagai peringatan dari hari ulang tahun (HUT) Kota Bangli ke-821. Kita sebagai masyarakat Bangli turut merayakannya, bukan dari pemerintah saja,” ujarnya.

Baca Juga:  Deretan Makanan Khas Perayaan Hari Waisak di Indonesia

Ia menambahkan, dalam lomba ngelawar, peserta diminta mengolah tiga jenis menu khas Bali, yakni lawar merah, lawar don blimbing (daun belimbing), dan sate lembat, yaitu sate dari campuran daging, kelapa parut, dan bumbu Bali. Sementara untuk gebogan, peserta harus menyusun buah-buahan lokal dengan tinggi maksimal 80 cm.

“Semua bahan yang digunakan dalam lomba ini disiapkan oleh panitia dan para peserta tinggal mengolah saja,” tegasnya.

Baca Juga:  Sukses Pentaskan 'Calonarang', Teater Royal House Cultural Yogyakarta akan Ikut FSBJ 2026

Karena bahan disediakan seragam oleh panitia, penilaian lomba difokuskan pada kemampuan mengolah bahan, keterampilan menata, kebersihan, dan keindahan sajian.

“Misalnya untuk lawar, yang dinilai adalah kelengkapan bumbu, cara mengolah, kebersihan dan rasanya,” jelas Agung Eka.

Setiap peserta diberi waktu selama empat jam, dari pukul 08.00 WITA hingga 12.00 WITA, untuk menyelesaikan lomba. Mereka memperebutkan juara 1, 2, dan 3 dengan hadiah berupa piala, piagam penghargaan, dan uang tunai sebagai bentuk apresiasi.

Baca Juga:  Pujawali Pura Luhur Uluwatu, Upacara Mulang Pekelem Digelar di Seawall

“Penilaian dilakukan oleh tiga orang juri, terdiri dari satu perwakilan Majelis Madya Desa Adat Bangli dan dua tenaga pendidik dari SMK Negeri 4 Bangli,” tambahnya.

Dewa Agung Eka Darma juga menyampaikan bahwa kegiatan ini akan menjadi agenda tahunan, dengan rencana penambahan jenis lomba seperti pembuatan masakan khas Bali lainnya serta pembuatan banten.

“Harapan saya dengan lomba ini bisa menjadi motivasi bagi kita semua agar generasi muda Bali terus menjaga adat dan tradisi Bali. Generasi muda saya harapkan semakin trampil mengolah masakan Bali dalam merangkai upakara dan upacara di Bali,” harapnya. (ana)