Sekda Dewa Indra Sebut Ada Tiga Faktor Penyumbang Inflasi di Bali Selama Nataru

High-Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjelang Nataru, di Ruang Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Jumat (20/12/2024).
High-Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjelang Nataru, di Ruang Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Jumat (20/12/2024).

PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Momen perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024/2025 berpotensi menaikkan angka inflasi akibat kebutuhan masyarakat terhadap barang-barang pokok meningkat.

Sekretaris Daerah Provinsi Bali, Dewa Made Indra menyebutkan ada tiga faktor utama penyumbang inflasi yang perlu diantisipasi oleh jajaran TPID, baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota selama Nataru.

Pertama, meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kebutuhan barang-barang pokok strategis, baik dari penduduk lokal maupun wisatawan.

“Hal ini tak hanya untuk masyarakat lokal, tetapi juga wisatawan yang berkunjung ke Bali. Berdasarkan data PHRI, tingkat hunian hotel diprediksi mencapai minimal 80 persen,” jelasnya saat High-Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjelang Nataru, di Ruang Tirta Gangga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Jumat (20/12/2024).

Faktor kedua yakni cuaca ekstrem yang melanda Bali. Informasi dari BMKG menyebutkan cuaca ekstrem ini berpotensi mengganggu pasokan kebutuhan pokok strategis. “Jika tidak ditangani, gangguan pasokan ini dapat mempengaruhi angka inflasi,” ungkap Dewa Indra.

Baca Juga:  Wamenpar Pastikan Kesiapan Nataru dan Dorong Pengembangan Wisata Bali Barat

Ketiga, penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 12 persen mulai 1 Januari 2025. Dewa Indra berharap kebijakan ini tidak memicu pembelian berlebihan oleh masyarakat sebelum penerapannya. “Kita harus waspada agar efek psikologis akibat kebijakan ini tidak berdampak pada kenaikan harga,” ujarnya.

Ia pun meminta TPID di tingkat kabupaten/kota untuk merapatkan barisan dan merancang program pengendalian inflasi. Serta mendorong kolaborasi antara  Perusahaan Umum Daerah (Perumda) lintas kabupaten/kota untuk menjaga ketersediaan dan keamanan pasokan kebutuhan pokok masyarakat.

Baca Juga:  Tanpa Alasan Jelas, Gede Adi Aniaya Pria di Denpasar

“Perhatikan komoditas yang berpotensi menyumbang inflasi. Pastikan kebutuhan masyarakat saat Nataru terpenuhi,” tegasnya.

Dewa Indra menambahkan, angka inflasi Bali pada November 2024, yaitu 0,50 pesen secara month-to-month (mtm) dan 2,50 persen secara year-on-year (yoy).

Komoditas penyumbang inflasi meliputi bawang merah, tomat, dan cabai. Namun, ia memastikan stok beras, minyak goreng, gula, dan kebutuhan pangan lainnya mencukupi.

Baca Juga:  Pemprov Bali Tetapkan UMK dan UMSK 2025 Kota/Kabupaten, Segini Besarannya

“Kami menjamin ketersediaan pangan memadai. Kami mengimbau masyarakat untuk membeli secukupnya saja. Distribusi juga dipastikan lancar melalui dukungan lintas sektor, termasuk Dinas Perhubungan,” imbuhnya. (ana)