PANTAUBALI.COM, TABANAN – Para peternak babi di Bali sekarang sumringah sebab harga daging babi naik drastis hingga di angka Rp48 ribu sampai Rp49 ribu per kilogram.
Kenaikan harga ini mulai terjadi sejak dua bulan lalu, dari yang harga awalnya Rp38 ribu.
Hal itu diungkapkan oleh I Ketut Jaya Ada, salah seorang peternak babi di Banjar Baru, Desa Baru, Kecamatan Marga, Tabanan.
“Kenaikan terjadi hampir tiap hari. Dari awalnya Rp38 ribu, kemudian berselang sebulan naik lagi jadi Rp40 ribu. Setelah itu terus naik hingga sekarang Rp49 ribu,” ujarnya Selasa (13/8/2024).
Ia menyebut, kenaikan harga ini terjadi lantaran populasi babi mengalami penurunan di Bali, khususnya di Tabanan.
Sedangkan terjadi peningkatan permintaan di luar pulau bali, terutama di daerah provinsi Sulawesi Utara, Pontianak, Manado.
Beberapa perusahaan besar peternakan babi di Bali sudah melakukan kerjasama dengan provinsi Sulawesi Utara yang mana sesuai MOU haru mengirimkan sekitar 3.000 ekor babi sampai bulan Desember
“Selain itu, saat triwulan pertama di tahun 2024 ini beberapa daerah di Bali dihantam dengan wabah virus ASF sehingga populasi menurun hingga sekarang,” sambungnya.
Dengan harga saat ini, Jaya menyebut para peternak memperoleh keuntungan yang memuaskan.
Sebab harga pakan babi seperti jagung ikut turun di angka Rp300 ribu per sak, begitu juga dengan dedak Rp4 ribu per kilogram.
Meskipun demikian kenaikan harga daging babi ini justru hanya dinikmati oleh beberapa kalangan masyarakat terutama para peternak.
“Sedangkan di kalangan tukang potong babi hingga konsumen mengeluh karena terjadi lonjakan harga tinggi di pasar mencapai Rp90 ribu hingga Rp100 ribu lebih,” sambungnya.
Menurutnya, kenaikan harga ini akan terus berlangsung menjelang hari Raya Galungan dan Kuningan pada akhir bulan September 2024 mendatang.
“Mungkin Galungan ini bisa tembus Rp50 ribu di tingkat peternak. Kemungkinan juga hingga akhir tahun 2024 ini,” tambahnya. (ana)