PANTAUBALI.COM, BADUNG – Belakangan ini masyarakat di Bali merasakan cuaca cukup panas. Stasiun Geofisika Sanglah mencatat suhu udara maksimum mencapai 35 derajat celcius.
Penyebabnya yaitu posisi matahari semakin bergerak ke arah utara menyebabkan perubahan pola angin akibat Indonesia bagian tengah lebih menerima radiasi matahari cukup tinggi sehingga angin monsun Australia membawa massa udara kering menjadi lebih kuat intensitasnya.
Selain itu minimnya tutupan awan dan juga berkurangnya kelembaban udara terutama pada pagi hingga siang hari meningkatkan penyinaran matarahari hal tersebut disampaikan, Prakirawan Cuaca Bali Besar MKG Wilayah III Denpasar, Putu Agus Dedy Permana, Jumat,(24/3/2023) di Badung.
“Siklus ini masih normal”,ujarnya.
Ia menyampaikan, cuaca panas ini kemungkinan masih berpotensi terjadi dalam beberapa minggu ke depan mengingat wilayah Bali akan memasuki musim peralihan.
“Kondisi cuaca cukup dinamis sehingga akan ada saat dimana terdapat penurunan suhu udara kemudian bisa terjadi peningkatan suhu udara lagi. Hal ini sangat bergantung bagaimana pola hujan dan tutupan awan di suatu wilayah”, ungkapnya.
Di saat musim peralihan masih ada potensi cuaca buruk seperti hujan lebat, kilat atau petir serta angin kencang.
“Untuk itu masyarakat dihimbau untuk tetap menjaga kondisi tubuh, terutama pada siang hari di luar ruangan, juga untuk menjaga kondisi tubuh supaya tetap fit untuk menghadapi kondisi cuaca di musim peralihan yang kadang panas kemudian dapat terjadi hujan juga,”bebernya.
Ia mengimbau masyarakat tetap waspada karena masih ada potensi cuaca buruk mengakibatkan banjir, genangan air, tanah longsor, angin kencang, pohon tumbang dan kilat atau petir.
“Kami imbau agar selalu memperhatikan informasi BMKG untuk peringatan dini cuaca atau iklim ekstrem,”harapnya. (agn)