PANTAUBALI.COM, BADUNG – Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Petrus Reinhard Golose menyebut adanya modus baru peredaan gelap narkotika, yaitu Narko-Politik.
Peredaran narkoba itu disinyalir melibatkan tokoh politik.
“Saya baru balik dari Sumatera Selatan, sekarang juga menurut Kapoldanya, menurut Kepala BNPP, menurut Gubernurnya, ada yang dinamakan dengan narko-politik,” ungkap Komjen Golose di acara menggemakan War on Drugs di Nusa Dua, Selasa (7/3/2023).
Golose menyampaikan adanya indikasi tokoh politik melakukan kegiatan semisal organ tunggal, musik remix.
“Mereka mengumpulkan massa kemudian mengedarkan narkotika,” ujarnya.
Golose mengaku telah berkomunikasi dengan Kapolda Sumatera Selatan agar menghentikan acara organ tunggal yang mengundang massa karena dijadikan ajang membagikan narkotika.
“Ini tidak boleh terjadi, di mana saja, di semua tempat, termasuk di Bali, itu tidak boleh,” tegasnya.
Gema War on Drugs Raih Rekor MURI
Badan Narkotika Nasional (BNN) memecahkan Rekor MURI kategori menyanyikan Mars memerangi narkoba secara hybrid melibatkan 3,6 juta orang di Bali Nusa Dua Convention Center (BINDCC), Selasa (7/3/2023).
Gema War on Drugs dalam rangka menyambut HUT ke-21 BNN itu dipusatkan di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC).
Kepala BNN Komjen Petrus Reinhard Golose bertindak sebagai konduktor melantunkan lagu bertajuk ‘anti narkotika’. Pesertanya dari kalangan ASN, TNI, Polri, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat berasal dari 34 provinsi.
“Kegiatan ini sebagai bentuk perang melawan narkoba melalui soft power approach,”tegas Komjen Golose kepada wartawan.
Menurutnya, keterlibatan peserta dalam acara ini disesuaikan dengan tingkat prevalensi pengguna narkotika tahun 2021 mencapai 3,6 juta lebih.
Bahkan, Komjen Golose juga mendapat inspirasi dari kisah seorang anak menyanyikan lagu narkoba musuh bersama.
“Ternyata bapak dari anak ini seorang pengguna narkoba dan ditegurnya lewat menyanyi,”ucapnya.
“Menyanyi untuk melawan narkotika. Dengan melakukan ini kalau teorinya secara psikologi katanya teori kognitif. Karena diulang-ulang, dirasakan sehingga bisa mengajak bukan hanya kita datang ceramah tentang bahaya narkotika,” imbuh mantan Kapolda Bali ini. (kom)