Inflasi di Tingkat 6,2, Ini Langkah Pemprov Bali

PANTAUBALI.COM, Denpasar – Menindak lanjuti tingkat inflasi Bali berada di tingkat 6,2 atau berada di atas inflasi nasional (5,1) year on year-nya, Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Sukawati di dampingi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho dan Wakil Walikota Denpasar Kadek Agus Arya Wibawa serta sejumlah Kepala OPD melaksanakan operasi pasar atau sidak harga bahan kebutuhan pokok sehari-hari, mulai dari harga cabai, harga tomat, harga minyak, harga bawang merah, harga bawang putih, harga ayam dan harga beras.

Dari pantauan harga cabai yang bertengger di angka 45 hingga 50 ribu per kilogram menjadi faktor inflasi utama untuk Bali. Hal ini disampaikan Wagub Cok Ace saat operasi/ sidak pasar, di Pasar Badung, Kota Denpasar, Provinsi Bali, Selasa (31/01/2023).

Dari pantauan pagi tadi, harga cabai didatangkan dari Jawa dipatok dengan harga Rp 45 ribu per Kg, untuk cabai yang didatangkan antar Kabupaten di Bali di jual dengan harga 50 ribu per Kg.

Baca Juga:  Atasi Kekerasan Seksual, Mulyadi-Ardika Tawarkan Program Satu Desa Satu Dokter dan Satu Miliar

Sementara harga bahan makanan lain seperti bawang merah di bandrol dengan harga 27 ribu per Kg, bawang putih 22 ribu per Kg, telur ayam 47 ribu per krat, beras putri 13 ribu per Kg, minyak bimoli 22 ribu per liter, daging ayam 33 ribu per Kg, gula 15 ribu per Kg, udang 60 ribu per Kg dan tomat 10 ribu per Kg.

“Kita memiliki potensi untuk memasok bahan makanan pokok lokal dan bahan bumbu antar kabupaten, namun perlu diingat untuk memotong panjangnya mata rantai antara petani hingga sampai ke pedagang”, cetusnya.

Baca Juga:  Debat Ketiga Pilgub Bali, Mulia-PAS Janji Atasi Ketimpangan UMP, Koster-Giri Fokus Tingkatkan Kualitas SDM

Sembari Dirinya menambahkan karena pada dasarnya petani yang menjual hasil produksinya dengan harga yang murah, tetapi saat tiba di pasar akan jauh lebih mahal akinat panjangnya mata rantai tengkulak.

“Saya yakin penekanan inflasi ini bisa dilakukan apabila kita semua stakeholder bekerjasama dengan baik, terlebih kita memiliki pasar induk yang berfungsi untuk mengontrol harga.Selain itu kita juga harus memiliki sumber-sumber informasi antar kabupaten”, ujarnya.

Dirinya mencontohkan, misal kabupaten Klungkung dan Karangasem memiliki ketersediaan cabai maka kabupaten lain termasuk Denpasar bisa langsung memantau dan berkoordinasi tentang harga pasar.

“Misalnya lagi kabupaten tabanan sebagai lumbung padi bisa mengkoordinasikan ketersediaan yang ada dengan kabupaten lainnya, sehingga stok bahan pokok makanan sehari-hari dapat kita pantau bersama, dan tidak terjadi penumpukan di satu wilayah dan juga tidak ada kekurangan di wilayah lainnya”, ucapnya.

Baca Juga:  Pria Alor Aniaya Pasutri Kerabatnya di Denpasar, Berawal dari Masalah Adat

Ditambahkannya, margin harga yang tergolong jauh ini bisa saja diakibatkan karena adanya mekanisme informasi yang belum berjalan dengan baik, ketersediaan stok dan tingkat distribusi yang belum stabil.

Selanjutnya Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Trisno Nugroho mengatakan, Bali mentarget penurunan inflasi ke depannya dapat mencapai 0,5 bulan ke bulannya, jika dibandingkan saat ini yang masih 0,7 dari bulan ke bulan.

“Kami akan terus berusaha mencari tahu apa penyebab dan bagaimana solusi dalam untuk inflasi Bali yang masih tinggi hingga saat ini, yakni salah satunya dengan melakukan operasi pasar”, pungkasnya.(AG)