Perayaan Tumpek Landep, Bupati Tabanan Berikan Kuis Kepada Para Peserta Sembahyang

TABANAN – Pantaubali.com – Hal yang menarik terjadi saat pelaksanaan perayaan Tumpek Landep kali ini, tak hanya melakukan persembahyangan secara khusyuk, dalam upacara yang dipimpin oleh Bupati Tabanan, I Komang Gede Sanjaya, ini juga diwarnai dengan suasana yang penuh semangat dan sukacita. Persembahyangan berlangsung di Halaman Depan Kantor Bupati Tabanan dan dimulai sejak pagi, Sabtu, Saniscara Kliwon, Landep (5/11).

Perayaan Rahina Tumpek Landep sebagai langkah tindak lanjut dari instruksi Gubernur Bali Nomor 12 Tahun 2022, dengan pelaksanaan Upacara Jana Kerthi dan atau Atma Kerthi sebagai pelaksanaan tata-titi kehidupan masyarakat Bali bedasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sad Kerthi dalam Bali Era baru. Nampak turut mengikuti persembahyangan, Wakil Bupati, Ketua DPRD Kabupaten Tabanan, Sekda beserta para Asisten, Forkopimda, Para Kepala Bagian beserta OPD Terkait di lingkungan Setda dan seluruh Camat di Tabanan.

Secara filosofis, tumpek landep memiliki makna yang sangat baik jika diimplementasikan dalam pelaksanaan tata-titi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Seperti pada kata akhirannya landep yang berarti “lancip” yang mengacu pada lancipnya tonggak pemikiran manusia. Esensi dari filosofi tersebut, seperti disampaikan Bupati Tabanan, Sanjaya, menjadi momen bagi kita sebagai manusia untuk selalu instrospeksi diri, mulat sarira, serta menajamkan kembali pikiran kita, untuk meraih tujuan yang lebih baik dalam kehidupan.

Baca Juga:  Jelang Masa Tenang Pilkada 2024, KPU Tabanan akan Turunkan APK Melanggar Aturan

Jatuh di setiap 210 hari, Tumpek Landep adalah momen pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, ida Sang Hyang Pasupati. Di mana kita memohon kepada Sang Hyang Pasupati agat pikiran kita menjadi baik, sesuai dengan norma-norma agama.

“Di Hari tumpek landep ini, setiap 6 bulan sekali kita instrospeksi diri, apa yang telah kita lakukan 6 bulan lalu sampai sekarang, benarkah kita sudah melaksanakan hal-hal yang sesuai dengan ajaran agama hindu atau norma agama dan norma negara” Sanjaya menyampaikan.

Pihaknya juga menegaskan, dalam Tumpek Landep ini, selain berdoa dan instrospeksi, sudah sepatutnya juga menjadi momen bagi kita berterima kasih kepada barang-barang pusaka yang dimiliki. Sebab benda-benda tersebut menjadi alat / pendukung aktifitas kita dan bermanfaat untuk melindungi diri kita ataupun untuk kemajuan masyarakat dan bangsa jika dilihat pada era kekinian. Sanjaya juga berpesan agar kearifan lokal dari Tumpek Landep ini tiak hilang dimakan zaman dan tergerus dengan kemajuan teknologi. Sehingga memahami betul apa itu esensi, makna dan filosofi Tumpek sendiri itu menjadi penting.

“Karena dalam Visi Misi Nangun Sat Kerthi, bagaimana kita menjaga sebuah keseimbangan dan keharmonisan ala mini, baik itu manusianya, kramanya, baik itu tata laksana budayanya maupun alam lingkungannya, harus dijaga kesuciannya secara sekala dan niskala. Tumpek Landep adalah bagian dari implementasi visi misi kita” paparnya.

Baca Juga:  Diskusi dengan Anak Muda, Sengap Singgung Peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja dan Pengelolaan Lingkungan

Kearifan lokal, pelestarian adat dan budaya yang metaksu, juga ditegaskannya, menjadi bagian dari daya tari Bali bagi para pengunjung di luar Bali. Oleh sebab itu budaya Bali yang adiluhung tidak boleh kita tinggalkan.

Hal yang menarik yakni usai persembahyangan dan di tengah-tengah sambutannya, Bupati Sanjaya melemparkan pertanyaan berbentuk kuis kepada para peserta sembahyang terkait upacara yakni menyebutkan, apa saja 30 wuku, 5 panca wara dan 7 sapta wara dan bagi peserta yang berhasil menyebutkan dengan lengkap, langsung diberikannya hadiah. Tentu saja kuis tersebut disambut antusiasme yang tinggi oleh para peserta dan merekahkan senyum suka cita di pagi hari itu.

Baca Juga:  Ruko di Penebel Ludes Terbakar Akibat Korsleting Listrik, Kerugian Capai 1 Miliar

Tak lupa Sanjaya juga terus menerus mengingatkan agar ajaran yang sangat sederhana dari para leluhur, namun memiliki implementasi yang luar biasa tersebut untuk selalu dilestarikan. Terutama dalam menegakkan ajaran Tri Hita Karana, menjaga harmonis manusia dan Ida Sang Hyang Widi Wasa, manusia dengan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam dan lingkungannya, harus kita jaga lingkungan juga, baik dari hulu, tengah maupun hilir.

“ingat ada 6 tumpek yang wajib kita puja, Tumpek Landep sebagai esensi jana kerthi dan atma kerthi, bagaimana kita melancipkan dan mengharmoniskan pikiran kita sehingga menjadi bagus dan suci dalam menjalankan kaidah-kaidah yang baik, terlepas dari kegelapan, kebodohan dan kesengsaraan”, imbuhnya.