TABANAN – Pantaubali.com – Komitmen untuk selalu mendukung karya di masyarakat, terlebih inovasi dalam membangun baik secara sekala dan niskala, ditunjukkan Bupati Tabanan, Dr. I Komang Gede Sanjaya., S.E., M.M saat menghadiri Uleman Upacara Pitra Yadnya Ngaben Masal Ring Desa Adat Gelogor, Desa Antapan, dan bertempat di Balai Banjar Gelogor, Desa Antapan Kecamatan Baturiti, Senin (25/7).
Usai padatnya rentetan kegiatan selaku Pemerintah Daerah yang berlangsung di awal minggu ini, Bupati Sanjaya tetap menyapa masyarakat dengan bersemangat dan di kesempatan itu, Sanjaya juga didampingi oleh Anggota DPRD Tabanan, Asisten II, Camat Baturiti, Para OPD Terkait, Perbekel Desa Antapan, Bendesa Adat Gelogor serta Tokoh masyarakat setempat.
Apresiasi dan dukungan tak hentinya diungkapkan oleh orang nomor satu di Tabanan itu, terutama terhadap dedikasi masyarakat untuk terus melestarikan adat dan budaya pengabenan bersama yang berlangsung setiap 5 tahun sekali ini. Hal itu dibuktikannya langsung saat menghadiri karya yang berlangsung di Baturiti siang hari itu,
“Meskipun jauh tempatnya, buktinya saya hadir di tengah-tengah masyarakat, karena saya sangat mencintai masyarakat di sini, ini salah satu bukti, Ketika masyarakat membangun Tabanan kami di pemerintah memberikan dukungan, karena ini pembangunan kita bersama” ungkapnya.
Dalam Pitra Yadnya Sawa Prakerti ini, Sebanyak 4 Sawa, ditambah upacara metatah dengan 8 orang peserta dan 2 orang peserta mepetik, karya yang telah dimulai sejak tanggal 22 Juli lalu rencananya akan berlangsung hingga puncaknya pada tanggal 29 Juli mendatang. Masing-masing sawa menghabiskan biaya pengabenan sebesar 20 juta rupiah per-sawa. Hal ini tentunya sangat lumrah, melihat jumlah KK di Desa Adar Gelogor, Desa Antapan, hanya berjumlah 44 KK.
Meskipun berjumlah tidak banyak, Sanjaya tetap mengapresiasi semangat gotong-royong warga Desa Adat Gelogor PIhaknya berharap, pelaksanaan upacara seperti ini agar terus dilaksanakan, karena sudah barang tentu sangat meringankan beban masyarakat dengan biaya yang relatif terjangkau. Pelestarian adat seperti ini, tentunya dapat membantu terwujudnya Visi Tabanan yakni Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana, Menuju Tabanan Era Baru yang Aman, Unggul dan Madani (AUM) terlebih dalam poin Agama, Adat dan Budaya.
“3 hal yang krusial dalam upacara yang bisa disebut utamaning utama, upacara yang satwika, yang pertama adalah Ketika krama 44KK ini ngewangun upacara oleh perasaan tulus ikhlas, yang kedua kepuput oleh Sang Sulinggih, baik sane sampun Medwi Jati maupun Sang Sulinggih sampun Eka jati dan kesaksiang oleh Murdaning Jagat. Ini menjadi karya yang Satwika, sesuai Dengan sastra agama” Ujar Sanjaya.
Lebih lanjut, pihaknya berharap, agar semeton Desa Adat Gelogor untuk tetap menjaga rasa kebersamaan, terlebih antara pemerintah dan krama di sini, “artinya, walaupun semeton di Gelogor, harus kompak bersatu dengan pemerintah. agar pembangunan tetap satu jalur, sebab pembangunan tidak boleh sepotong-sepotong harus terus berlanjut, baik infrastruktur maupun pembangunan lainnya, mari kita bangun bersama-sama, sebab saya tidak bisa membangun sendiri, ngiring sareng-sareng kita bangun dengan rasa keterbukaan dan rasa kebersamaan” imbuhnya.
Di samping itu, Ngakan Made Suarya selaku Ketua Panitia Pengabenan bersama juga ungkapkan rasa terima kasih karena Pemerintah Kabupaten Tabanan, khususnya Bupati Tabaan menyempatkan untuk menghadiri langsung rangkaian upacara pengabenan Desa Adat Gelogor.
“Upacara sudah dimulai sejak tanggal 22 lalu matur piuning, dilanjutkan ngayah pada tanggal 23, 24,25, di tanggal 27 ngaryanang ulam upakara, di tanggal 28 ini ngaba setra, ngeplugin dan nyiramin dan 29 puncak acara ngelaksanayang pengabenan, tiang sampaikan matur suksema bapak sampun rauh ke Baturiti” Made Suarya menyampaikan.(Rilis)