TABANAN – Pantaubali.com – Diperingatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tabanan telah berencana akan memanfaatkan cairan eco-enzyme dan menyeprotkan ke tumpukan sampah guna mengurangi bau busuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mandung,Desa Sembung Gede, Kecamatan Kerambitan,Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali.Pemanfaatan cairan hasil fermentasi sampah organik telah dilakukan kemarin, Minggu pagi (21/2) rencana pelaksanaan tersebut akan dilakukan secara rutin.
Dalam kegiatan tersebut DLH Kabupaten Tabanan bekerja sama dengan Komunitas Eco Enzyme Nusantara dan Ketua Komunitas Bhakti Ring Pertiwi (B- Riper).
“Ke depannya kami rencanakan (penyemprotan) rutin dua hari sekali. Tergantung ketersediaan cairan eco-enzyme.Penyemprotan juga dilakukan pada tiga titik tempat pembuatan sementara,” jelas Kepala DLH Tabanan, I Made Subagia,minggu di Tabanan.
DLH Tabanan mendapatkan sumbangan 15 liter cairan eco-enzyme.Satu liter cairan yang difermentasi selama tiga bulan tersebut kemudian dicampur dengan seribu liter air. Artinya, diperlukan 15 ribu liter air sebelum diguyurkan ke gunungan sampah di TPA seluas 2,75 hektar tersebut.Selain itu diberi juga dengan mikro organisme lainnya disumbangkan B-Riper guna menguatkan fungsi eco-enzyme dalam mengurai sampah organik di TPA.
“Tadi baru setengahnya terpakai. Kami lanjutkan besok (hari ini),” ucapnya.
Ada beberapa manfaat eco-enzyme sangat banyak, mulai dari mengurangi bau busuk dengan mengurai gas metan dihasilkan akibat tumpukan sampah. Kemudian mengurai sampah organik dengan memanfaatkan mikroba pada eco-enzyme.
“Di situ (cairan eco-enzyme) ada mikro organisme. Lalu mikro organisme ini disemprotkan ke sampah. Mereka dapat makanan (sampah organik) sehingga dia terus berkembang lagi untuk mengurai sampah. Itu cara kerjanya sebatas yang saya ketahui,” paparnya.
Setidaknya persoalan klasik TPA seperti aroma atau bau serta volume sampah bisa teratasi.
“Kami dari Dinas Lingkungan Hidup juga akan mencoba untuk memproduksi. Sebetulnya murah karena memanfaatkan buah-buahan yang sudah reject. Ini bisa diperoleh dari pedagang-pedagang. Yang keluar ongkos itu di alat tampung dan molasenya,” tutupnya.