Selama Pandemi, Program Kesehatan Keluarga dan Gizi Balita Terhambat di Tabanan

TABANAN – Pantaubali.com – Selama pendemi Covid-19 pelaksanaan program kesehatan keluarga dan gizi, khususnya terhadap pemantauan tumbuh kembang dan status gizi anak balita terhambat di Kabupaten Tabanan. Seperti pengukuran status gizi secara mandiri tidak bisa dilakukan di rumah secara maksimal, karena RT tidak memiliki sarana antropometri.Selain itu, kader posyandu juga tidak bisa melakukan kunjungan rumah ke seluruh balita.

“Posyandu sempat tertunda pelaksanaannya, dan telah diterapkan protokol kesehatan pelayanan posyandu, maka posyandu dapat dilakasanakan.Tentu sesuai dengan protocol kesehatan yang ketat,” jelas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan,dr. I Nyoman Suratmika,saat dikonfirmasi belum lama ini di Tabanan.

Terkait dengan hal tersebut, jika dilihat berdasarkan hasil Riskesdas 2018, secara nasional prevalensi balita stunting di Kabupaten Tabanan sebesar 16,2 % (<20%), sedangkan kasus balita Stunting berdasarkan laporan ePPBGM 2019 prevalensi 10,1 %. Angka Stunting terakhir hasil dari laporan e-PPGM (Februari 2020 ) adalah 8,31.

Baca Juga:  Ruko di Penebel Ludes Terbakar Akibat Korsleting Listrik, Kerugian Capai 1 Miliar

“Saat Pandemi Covid 19, pada Agustus 2020 ini, saat adaptasi kebiasaan baru sedang dilaksanakan operasi bulan timbang dan vitamin A dengan protocol kesehatan. Setelah itu, baru akan diketahui perkembangan angka stunting dari hasil kegiatan tesebut,” paparnya.

Jika dibandingkan jumlah balita stunting sebelumnya di Kabupaten Tabanan dan masuk masa pandemi.Tentu akan diketahui setelah dilakukan evaluasi terhadap operasi bulan timbang, dan pemberian vitamin A yang dilaksakan Agustus, dan kemudian data diinput dan dianalis lebih lanjut dalam ePPGM.
Berdasarkan laporan ePPGM hasil analisis data terakhir Februari 2020, ditemukan daerah Selemadeg Barat untuk jumlah angka stuntingnya tertinggi sebesar, 24,13 %.

Baca Juga:  Pemprov Bali Layangkan Teguran ke Finns Beach Club, Buntut Kasus Atraksi Kembang Api

“Hal ini tentu menjadi perhatian karena belum adanya petugas nutrisionis di Puskesmas Selemadeg Barat,” ucapnya.

Jika dilihat kondisi Tabanan bukan sebagai daerah dengan status gizi kronis maka, strategi dilakukan adalah dengan memprioritaskan upaya intervensi spesifik disamping upaya intervensi sensitive. Dalam masa pandemic untuk kasus-kasus gizi buruk, maupun gizi kurang tetap dilakukan pemantauan dan pemberian makanan tambahan serta vitamin.

Baca Juga:  Sejumlah Pengurus Anak Ranting PDIP di Kecamatan Kediri Tiba-Tiba Mengundurkan Diri Menjelang Pencoblosan, Ternyata ini Alasannya

Sembari Suratmika menambahkan, suatu bencana tentu akan memberi dampak pada aktifitas yang ada. Seberapa, signifikan dari suatu dampak terhadap status gizi balita yang ditimbulkan tentu perlu survey maupun penelitian lebih lanjut.