PANTAUBALI.COM, TABANAN – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tabanan selama ini mengalami kendala kurangnya area lahan parkir. Apalagi, rata-rata jumlah pasien rawat jalan mencapai 400 – 500 orang per hari.
Pihak rumah sakit saat ini menggunakan setengah badan yang berada di sisi Barat hingga Jalan Pahlawan di sisi depan rumah sakit. Namun, hal tersebut kerap menimbulkan kemacetan terutama saat jam-jam krodit.
Untuk mengatasi masalah tersebut, manajemen RSUD Tabanan telah berencana untuk membangun lahan parkir di bekas Kantor Dinas Pariwisata Tabanan yang berada di sebelah Barat rumah sakit. Kantor pun sudah dikosongkan sejak beberapa bulan lalu.
Selain itu juga akan dibangun parkir basemant dengan skema kerjasama pemerintah dengan badan usaha atau KPBU.
Direktur RSUD dr. I Gede Sudiarta mengaku, kekurangan lahan parkir memang menjadi masalah serius saat ini. Mengingat rumah sakit sebagai tempat pelayanan publik yang paling penting adalah memiliki lahan parkir yang memadai.
“Apalagi pasien yang datang ke rumah sakit adalah orang yang notabene memerlukan layanan pengobatan yang baik. Namun mereka bingung mencari parkir. Tentunya itu menjadi kendala,” ucapnya, Kamis (27/6/2024).
Ia menyebut, untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Kabupaten Tabanan melalui Dinas PUPR saat ini sudah dalam proses penyusunan rancangan pembangunan lahan parkir di bekas Kantor Dinas Pariwisata.
Dengan begitu, masalah kemacetan yang selama ini terjadi di Barat rumah sakit bisa teratasi. Serta memudahkan akses pasien menuju rumah sakit.
“Saat ini DED sudah berproses. Mudah-mudah tahun ini proses (pembangunan) bisa berjalan dan tahun depan lahan parkir sudah siap,” ujarnya.
Disamping itu, pihaknya juga telah menyiapkan masterplan yakni pembangunan parkir bawah tanah atau basement yang langsung terhubung dengan areal parkir di bekas lahan Kantor Dinas Pariwisata tersebut.
Jadi nantinya akan ada semacam underpass yang akan menghubungkan kedua parkir tersebut.
“Kami tentunya berharap masterplan ini bisa segera terealisasi, tetapi kami menyadari bahwa pembangunan ini membutuhkan anggaran yang besar. Sehingga memerlukan support baik dari pimpinan dan berbagai sumber pendanaan dengan mengajukan kerjasama KPBU,” tambahnya.
Sudiarta mengatakan, pihaknya telah mengajukan rancangan masterplan tersebut untuk studi awal dan sudah mendapat jawaban dari Bapennas untuk melakukan pengkajian lebih mendalam.
Selain itu, pihaknya juga telah menyiapkan opsi lain jika seandainya pembangunan melalui KPBU tidak bisa dilakukan untuk dicarikan sistem pembangunan lain yang lebih mudah dan fleksibel.
Mengingat pembangunan basement ini memerlukan perencanaan yang matang agar tidak menganggu pelayanan di rumah sakit. Sementara, estimasi anggaran yang dibutuhkan mencapai Rp600 miliar.
“Harapan kami masterplan yang telah dibuat ini bisa terwujud untuk kepentingan masyarakat,” harapnya. (ana)