PANTAUBALI.COM, TABANAN – Menjelang Hari Raya Nyepi, Desa Adat Kediri, Kabupaten Tabanan, kembali menggelar tradisi Tektekan Nangluk Merana.
Tradisi yang rutin dilaksanakan ini sempat ditiadakan lantaran pandemi Covid-19 selama dua tahun.
“Hari ini dan besok (iring-iringan tektekan) keliling banjar adat. Lagi dua hari baru keliling desa adat selama empat hari dari tanggal 17 sampai 20 Maret,” ujar Kelian Banjar Adat Jagasatru, Desa Adat Pakraman Kediri, Dewa Ketut Oka, Rabu (16/3/2023).
Sebelum keliling banjar adat, dilaksanakan upacara ngatur piuning, dilanjutkan pembersihan ke beji bingin.
Kemudian, sekitar pukul 19.00 WITA, iring-iringan tektekan lengkap dengan membawa okokan (keroncong sapi besar), kentongan, gamelan, tedung ini keliling dari banjar adat Jagasatru sampai patung Wisnu Murti.
“Iring-iringan diikuti oleh seluruh krama banjar adat, mulai anak-anak, remaja, hingga ibu-ibu PKK,” jelas Dewa Oka.
Menurutnya, tradisi tektekan di Desa Pakraman Kediri merupakan warisan turun-temurun dan cerita para tetua digelarnya bilamana ada pertanda musibah seperti wabah penyakit.
Bahkan, pelaksanaannya sampai berbulan-bulan sepanjang musibah masih ada.
Seiring perkembangan zaman, tradisi ini difungsikan menjadi hiburan dalam bentuk seni tabuh. Selain itu, sebagai wadah mempererat kebersamaan antar masyarakat.
Oka menambahkan, tektekan akan digelar pada 17-20 Maret dan saat Pengerupukan digelar parade dari tujuh Desa Adat Kediri dengan titik kumpul di depan Puri Kediri menuju Catus Pata Kediri.
Dia berharap dengan digelarnya tradisi tektekan Nangluk Merana ini segala hal negatif dapat dinetralisir sehingga perayaan Nyepi bisa berjalan dengan aman. (ana)