PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq mengungkapkan bahwa sampah kiriman yang terdampar di pesisir Bali sebagian besar berasal dari aliran sungai di Pulau Jawa yang bermuara ke Laut Jawa.
Fenomena ini terjadi akibat pergerakan arus laut selama musim angin barat yang berlangsung dari Oktober hingga Maret setiap tahunnya.
“Sampah ini mengikuti arus, bergerak ke arah timur, kemudian selatan, dan sebagian terdampar di pantai Bali,” kata Hanif dikutip, Minggu (5/1/2025).
Ia memperkirakan jumlah sampah kiriman pada 2024-2025 akan lebih meningkat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Yang mana pada 2020-2021, volume sampah kiriman mencapai sekitar 6.000 ton, sementara pada 2023 jumlahnya sekitar 2.900 ton.
Pantai-pantai seperti Kuta dan Kedonganan, yang merupakan destinasi wisata utama, menjadi lokasi utama tumpukan sampah kiriman tersebut.
Menurut Hanif, peningkatan jumlah sampah ini disebabkan oleh pertumbuhan penduduk dan aktivitas yang tidak ramah lingkungan. Sebagian sampah yang terdampar di Bali juga berasal dari negara lain.
Selain itu, sampah dari aliran sungai Pulau Jawa bahkan terbawa arus hingga ke pesisir Afrika, khususnya Madagaskar. “Ini adalah perjalanan sampah dari hilir Pulau Jawa sampai Madagaskar,” ucapnya.
Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Lingkungan Hidup akan meluncurkan program kali bersih yang berfokus pada pengelolaan sampah di sungai-sungai utama.
Program ini akan dimulai dengan menyasar tiga hingga empat sungai di destinasi wisata unggulan Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Program ini diharapkan mampu mengurangi volume sampah kiriman yang mencemari pesisir Bali dan sekitarnya. (ana)