PANTAUBALI.COM, DENPASAR – Pj. Gubernur Bali, S.M. Mahendra Jaya, mengapresiasi Perwakilan BKKBN Provinsi Bali atas peran aktif mereka dalam Program Bangga Kencana.
Hal ini disampaikannya saat menerima audiensi dari jajaran BKKBN Provinsi Bali di Ruang Kerja Gubernur Bali, pada Rabu (23/10/2024).
Program Bangga Kencana bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas dan sehat. Salah satu fokus utama program ini adalah penurunan prevalensi stunting di Bali, yang menjadi prioritas pemerintah untuk membentuk generasi emas yang cerdas dan berkualitas.
Program ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatan masyarakat, seperti Bina Keluarga Berencana (BKB), Bina Keluarga Lansia (BKL), Bina Keluarga Remaja (BKR), Posyandu, dan fasilitas kesehatan lainnya.
“Pola asuh anak harus benar-benar diperhatikan oleh orang tua, termasuk saat anak dititipkan ke kakek-neneknya karena kesibukan orang tua bekerja. Perlu pengawasan ketat agar anak tidak dibiarkan bermain gadget tanpa pengawasan, karena dapat menghambat tumbuh kembang anak dan memicu berbagai masalah kesehatan,” ujar Mahendra Jaya.
Berdasarkan data, Bali mengalami penurunan prevalensi stunting yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir.
Pada 2018, prevalensi stunting di Bali mencapai 21,9 persen, kemudian turun menjadi 14,3 persen pada 2019, 10,9 persen pada 2021, 8 persen pada 2022, dan pada 2023 angka tersebut turun menjadi 7,2 persen.
Dengan penurunan rata-rata 2,94 persen per tahun, Bali menjadi provinsi dengan prevalensi stunting terendah di Indonesia.
Mahendra Jaya juga berharap, dengan adanya kerjasama antar instansi dan program yang lebih intensif untuk menangani stunting, terutama bagi masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan.
Selain itu, pihaknya mengingatkan agar calon pengantin melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum menikah dan menyerahkan surat keterangan sehat sebagai salah satu syarat mendapatkan izin menikah.
Plt. Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Bali, Ni Luh Gede Sukardiasih, yang didampingi oleh Sekretaris BKKBN Bali, Made Arnawa, menyampaikan, pihaknya bersama jajaran telah melakukan berbagai kerjasama dengan instansi terkait untuk turun ke masyarakat, memberikan edukasi, serta melakukan pengawasan kepada calon pengantin mengenai kesehatan reproduksi dan pola asuh anak.
“Kami fokus memberikan pembekalan dari pra-kehamilan, saat hamil, melahirkan, hingga mengasuh anak-anak, khususnya selama 1.000 hari pertama kehidupannya,” ujar Sukardiasih.
Ia juga menambahkan, pihaknya secara rutin melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan anak-anak di Bali untuk memantau kemungkinan terjadinya stunting.
Jika ditemukan anak yang berat badannya tidak meningkat, akan segera dirujuk untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter anak guna memastikan langkah penanganan yang tepat. (rls)